Note :
Piku menyusul besok pagi
^^
~Bagian
2~
Jin Mo senyam senyum
melihat sesuatu di layar komputer. Entah apa yang di lihatnya sehingga membuat
ia terlihat serius dan tampak bahagia. Saat ayahnya pulang dan menyapanya. Ia
masih asyik menatap layar komputer. Perbuatannya ini mengundang rasa penasaran
sang ayah. Karena putranya tidak seperti biasanya. Ia selalu menyapanya saat ia
pulang kerja.
Petugas Ki pun mendekat.
Ia bertanya menyelidiki apa yang sedang anaknya lakukan sehingga tidak berbalik
untuk melihat ayahnya pulang. Membuat ayahnya sedih saja.
Jin Mo berbalik dan
mengatakan ia mendapat kartu ucapan dari ibunya. Sontak membuat petugas Ki
heran mendengarnya. Jin Mo berujar ibunya mengirim kartu ulang tahun sebagai
harapan untuknya. Petugas Ki bertanya ibunya mengirimkan apa.
Jin Mo menunjukkan pesan
ibunya.
“Anakku yang tersayang Jin
Mo! Selamat ulang tahun! Sangat menyenangkan kau sudah kelas satu! Dengarkan
apa yang ayah katakan dan belajar keraslah. Aku harap kau selalu bahagia setiap
hari. Walaupun aku jauh, Ibu tetap mengawasimu.”
~Dari Ibu~
Petugas Ki seakan tidak
percaya dengan apa yang di bacanya. Sementara Jin Mo tersenyum menunjukkan
pesan ibu kepada ayahnya. Jin Mo berbalik dan berkata kemarin dan hari ini,
tidak ada pesan yang datang, jadi.. Aku pikir ada sesuatu yang terjadi pada
Ibu. Karena Ibu sendirian, bagaimana kalau dia sakit? Jadi Aku... 119... Tidak,
911 di Amerika... Aku meminta mereka untuk mengirimkan ini padaku. Petugas Ki
tanya Jin Mo mengirimkan apa pada siapa? Namun terdengar bel pintu berbunyi.
**
Teddy masuk dengan membawa
sebuah bingkisan. Ia mengatakan ini hadiah di kirim dari Amerika! Jin Mo merasa
takjub. Teddy pikir ibunya Jin Mo mengirimkan ini. Soalnya dikatakan disini,
untuk pastikan hadiah ini sampai ke Jin Mo hari ini. Jadi ia mengetahuinya
dengan cepat dan langsung membawanya kesini. Teddy pun mengedipkan matanya
kepada petugas Ki. Ternyata semuanya pekerjaan Teddy untuk menyenangkan Jin Mo.
Jin Mo langsung
jingkrak-jingkrak kegirangan mendapatkan hadiah dari ibunya (padahal Teddy yang
ngirim) . Ia menyerukan hadiah! Hadiah! Teddy menyerahkan hadiahnya kepada Jin
Mo. Seketika itu juga, ia meluncur ke kamar tuk melihat isi hadiah dari sang
ibu. Teddy berujar ia melakukan pekerjaan bagus kan? Ia tersenyum penuh percaya
diri (bangga).
**
Ternyata hadiahnya adalah kostum
Spiderman. Jin Mo langsung mengenakan kostum itu dan berakting bagaikan
Spiderman.
“Aku spiderman yang hebat!
Kalian itu orang jahat.” Ujar Jin Mo menunjuk ke arah Petugas Ki dan Teddy yang
di kurung dalam tenda transparan (seolah-olah sarang laba-laba). Mereka berdua
di ikat dan saling membelakangi satu sama lain. “Kalian tidak akan bisa
melarikan diri dari diriku. Kalian harus perlahan-lahan mulai meyerah ya?”
Teddy ikutan berakting.
Wajahnya menampakkan ketakutan, ia mengatakan ia tidak melakukan apa-apa. Ia
menyerah! Petugas Ki pun mengatakan ia benar-benar menyerah. Jin Mo tertawa
bagaikan pahlawan sungguhan, ha ha ha ha. Kalian seharusnya melakukan itu
sebelumnya. Aku akan menyelamatkan nyawamu. Namun, aku akan menggantung kalian
berdua dipohon. Tunggu sebentar. Wajah Teddy memelas.
Jin Mo melompat dari atas
sofa dan meluncur ke kamarnya. Teddy memohon Spiderman tolong selamatkan dia.
**
Petugas Ki menyesalkan bagaimana
ia bisa lupa dengan mudah hal itu (ultah Jin Mo) sebagai seorang ayah? Lagi pula,
sesuatu yang mengerikan bisa saja terjadi. Benarkan? Teddy ingin memberitahukan
kepada petugas Ki tapi karena petugas Ki mengajar makanya ia melakukannya
dengan terburu buru. Teddy pun meminta maaf.
“Apa maksudmu kau
menyesal?”
“Tapi tetap saja, melegakan
kalau Jin Mo sangat menyukainya.” ujar Teddy
“Masalahnya kalau dia
sangat menyukainya kita akan terus didalam sarang laba-laba sepanjang malam.”
Teddy tertawa mendengar apa yang petugas Ki katakan. Ia mengatakan mungkin seharusnya ia memberikan Iron Man
saja. Petugas Ki agak ragu, ia bertanya berapa biaya menginap di asrama dalam
sebulan? Teddy tidak mengerti maksud pertanyaan petugas Ki. Sepertinya petugas
Ki ingin Teddy tinggal bersama mereka. sehingga Teddy tidak membuang-buang uang
hanya untuk membayar penginapan.
**
Soo Wan curhat sama Min
Soo tentang dirinya yang hanya memikirkan Dong Joo. Oleh karena itu, ia
memutuskan hubungannya bersama Jin Woo. Min Soo protes dan mencerca Soo Wan itu
gila. Soo Wan membenarkan, ia pasti sudah gila. Min Soo tak habis pikir. Ia
mendesah tak percaya dengan keputusan yang di ambil sahabatnya. Soo Wan kembali
mengatakan ia pikir ia benar-benar sudah gila.. Setiap kali ia terbangun, ia hanya
memikirkan Dong Jo.. Meskipun ia mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak
memikirkannya (Dong Joo), itu tidak berguna. Ia terus saja memikirkannya.
“Yup, kau sudah gila. kau
benar benar sudah gila. Apa kau tidak tahu orang seperti apa Dr Kang itu dan
kau mematahkan hatinya seperti itu? Tapi lebih dari itu, kenapa kau baru mengatakan
itu sekarang? Hei, Park Dong Joo tahu dirimu dan mencoba untuk pergi. Untuk
siapa kebahagiaan yang kau katakan itu sekarang? Apa kau bodoh?” Min Soo berhak
marah karena ia tidak mau sahabatnya patah hati tuk kesekian kalinya hanya
karena Dong Joo seorang.
“Aku sudah tahu.. Meskipun
aku mengetahuinya, orang itu yang tidak mengetahuinya. Itu membohongi Ji Woon.”
“Kau merasa menyesal dan
merobek hatinya seperti itu? Hei. Dia pasti sangat bahagia kalau kau jujur dan
menyakiti hati orang itu..” Min Soo pusing kepala menghadapi percintaan
sahabatnya. Ia mendesah saat melihat Soo Wan kembali minum. Ia meminta Soo Wan
jangan main-main di depannya.
“Kau
tidak melakukan ini karena hatimu terluka sehingga kau membohongi Ji Woon. Kau
membiarkan semuanya terjadi karena kau ingin merasa nyaman. Kau gadis yang
egois! Kau melakukan apa yang kau ingin kan jadi kenapa bertindak seperti kau
korban yang hatinya terluka? Jangan katakan apapun lagi, kau mencintai Dr Kang dan
itu juga adalah cinta.”
“Aku juga berpikir seperti
itu. Kalau itu juga adalah cinta... Aku sangat berterima kasih padanya karena
dia memberikanku hatinya. Aku pikir aku bisa melakukannya selama aku masih
hidup. Tapi sekarang sudah berbeda. Perasaan yang aku rasakan ini karena Dong
Joo, ini... Hatiku bukanlah milikku dan kepalaku juga rasanya bukan milikku. Seperti
ketika sirene berbunyi dan tubuhku langsung berlari ketika mendengarnya. Ketika
aku memikirkannya, rasanya seperti itu. Hatiku dengan langsung berdebar karena
dia. Ini sangat menyakitkan. Tapi hatiku sangat berdebar.” Mata Soo Wan
berkaca-kaca
Melihat Min Soo hanya diam
saja. Soo Wan meminta Min Soo kenapa tidak pukul saja dirinya. Maki saja aku,
katakan seperti apa aku, kau gadis yang merepotkan, kau gadis yang gila. Kau
harus memarahiku.
“Bajingan jahat itu.
Bajingan kurang ajar itu. Aigoo. Jika dia mau menipumu, kau jangan terjebak.”
“Dia mungkin tahu akan
terjadi seperti ini.. Itu pasti alasaan kenapa dia bertindak seperti dia tidak
mengenalku. Bagaimana bisa dia melakukan itu? Ini sangat menyakitkan dan aku
merasa hampir mati karena hal ini. Dong Joo pasti telah sangat terluka.”
Min Soo meneguk
minumannya. Ia tidak tahu mau berkomentar apa lagi. Apa yang Soo katakan itu
tentu saja benar apa adanya.
***
Soo Wan ke Observatorium.
Ia melihat kartu harapan Dong Joo yang tertulis “Berharap kau (Soo Wan) akan
bisa menemukanku (Dong Joo)...”
“Tapi
Min Soo, Aku... lebih membiarkannya pergi daripada mengejarnya... Aku sangat menyesal membiarkannya pergi. Aku
hanya... ingin melihatnya didepan ku lagi. Min Soo. Kenapa aku seperti ini? Apa
yang harus aku lakukan?”
Soo Wan teringat akan kata-katanya
kepada Min Soo.
**
Soo
Wan ke balkon Observatorium. Ia mengingat saat ia dan Dong Joo minum-minum
menghilangkan stress paskah menyelamatkan korban kecelakaan. Waktu itu Dong Joo
tanya apa
alasan Soo Wan begitu jauh seperti ini? Soo Wan menjawab untuk menunjukkan pada seseorang. Seseorang
yang ia sangat berterima kasih padanya.
Dong Joo berdiri dan mengambil minuman Soo Wan karena ia sudah mabuk berat.
“Orang... Orang yang sangat aku benci
sampai mati. Pada orang yang sangat aku rindukan, aku ingin menunjukkannya pada orang
itu.”
“Dimana
dia sekarang? Orang itu.”
“Aku
tidak tahu dimana orang itu. Kemana dia pergi... Tidak, bahkan aku tidak tahu dia ada atau
tidak.”
Soo Wan membaringkan
kepalanya di atas meja. Air matanya mengalir merindukan kehadiran Dong Joo. Ia
kembali mengingat kata-kata Dong Joo.
“Apakah
itu cinta pertama mu yang kekanakan?”
“Ya.
ini sangat kekanakan bagimu kan? Tapi
itu memang benar. Pria itu...” ujar Soo wan tertidur
Kembali lagi ke Soo Wan
sekarang yang sudah berbaring. Ia menutup matanya dan mengatakan Anak laki laki
itu... Aku merindukannya. Aku merindukannya. Air matanya terus mengalir. Waktu
itu, Dong Joo yang melihat Soo wan tertidur karena mabuk, pelan-pelan tangannya
menyentuh wajah Soo Wan. menghapus air mata Soo wan. namun tangan itu sekarang
kembali menghapus air mata Soo Wan yang mengalir. Soo Wan membuka matanya dan
melihat Dong Joo sekarang ada di depannya. Namun ia berpikir itu hanya bayangan
Dong Joo saja.
“Ada apa dengan mukamu? Bagaimana
bisa kau menjadi sangat tua dalam beberapa minggu?”
Soo Wan berdiri,ia
mengatakan kau... Kau. Air matanya terus mengalir tiada henti. Dong Joo
mengatakan ia kembali. Kali ini, ia benar benar pulang. Ia punya tempat untuk
kabur sekarang. Soo Wan memakinya breng***.
“Aku benar benar tidak
bisa kabur lagi.”
“Bajingan gila.”
“Jadi kau harus
bertanggung jawab.”
“Bajingan busuk.”
“Pukul aku... yang banyak.
Aku akan membiarkanmu memukulku bahkan sampai 100 kali.”
“Apa yang harus aku
lakukan? Apa yang harus aku lakukan kalau kau datang kesini?” Soo meluapkan
kemarahannya. Ia memukul-mukul tubuh Dong Joo. Ia menangis histeris. “Kenapa
kau kembali? Kau baru saja pergi, kenapa kau kembali, kenapa? Apa yang harus
aku lakukan kalau kau kembali? Apa yang harus aku lakukan? Apa yang kau ingin
aku lakukan? Kau bajing** jahat. Bajing** jahat.”
Dong Joo langsung memeluk
menenangkannya. Namun Soo Wan masih memuku-mukul tubuh DJ. Hatinya begitu
sakit. Mau Dong Joo menghilang ataupun di sini hatinya tetap saja sakit. Inilah
reaksi rasa kangen di campur rasa sakit hati karena merindukan Dong Joo.
“Kenapa kau kembali...
Pergi! Pergi! Aku bilang pergi! Aku tidak membutuhkanmu jadi pergilah!”
Dong Joo mempererat
pelukannya. Ia membelai rambut Soo wan dengan lembut.
“Ini karena aku merasa
seperti hampir mati.. Jika aku tidak melihatmu. Aku pikir aku akan mati.”
Soo Wan tertegun mendengar
pengakuan Dong Joo. Ia terpaku. Rasa kangennya terhadap Dong Joo terbayar lunas
saat itu. Mereka terus berpelukan hingga malam semakin larut.
**
Dong Joo sengaja ke rumah
Soo Wan untuk bertemu dengan Dr Yoon. Dr Yoon mematung melihat Dong Joo di
depannya. Dong Joo merasa serba salah. Ia tidak tahu harus mengatakan alasan
apa lagi kepada orang yang di depannya, yang ia anggap sebagai ayah. Kembalinya
ia ke Korea, secara tak sengaja merupakan pemberontakan kepada sang ayah
angkatnya. Namun ai tidak bisa diam saja saat hatinya kacau memikirkan Soo Wan.
Hidup tapi terasa mati. Makan tapi tetap aja ga kenyang-kenyang. LOL
(kok aNNa jadi ngelantur
sih??? *)
**
Mereka pun masuk ke dalam
ruangan Dr Yoon. Dr yoon tanya apa yang terjadi? Dong Joo malah bilang ia kembali.
Dr Yoon tanya kenapa. Ia mendesah dan mengatakan tidak... Aku tidak perlu tahu.
Ia memandang Dong Joo dan bertanya kapan ia akan pergi lagi?
“Aku tidak akan pergi
lagi. Aku berencana tidak akan pergi lagi.”
“Park Dong Joo.”
Dong Joo langsung
bersimpuh di depan dr Yoon. Aku akan berpura-pura ini tidak terjadi dan
membiarkannya. Aku akan berpura-pura kalau aku tidak tahu dan mencoba
melupakannya. Tapi... Sesegera aku naik pesawat, aku menyadari... Kalau aku
tidak bisa pergi dari sisi orang itu. Jadi aku ingin kembali pada orang itu.
“Tidak. kau tidak boleh.. Kenapa
kau tidak boleh, kau lebih tahu itu daripada aku. Jika kau peduli pada Soo Wan,
Kau tidak boleh melakukan ini. Kau tahu kau tidak boleh melakukan ini..”
Dong Joo menegaskan ia
ingin Soo Wan menjadi bahagia, karena jika Soo Wan tidak bisa bahagia, ia juga
akan begitu! Dr Yoon menanyakan kenapa?
“Di
hatinya. Ada diriku. Aku ingin tetap di sisinya. Aku harus ada disana.”
Dr Yoon membungkuk dan
mengatakan tidak, Dong Joo. Jangan seperti ini. Ia meminta Dong Joo menatapnya,
ini tidak boleh terjadi. Soo Wan akan segera menikah. Kau kan juga sudah
melihatnya, Ji Woon. Hanya dia orang yang bisa membuatnya bahagia.. Ini sudah
diputuskan.
Aku... kami... Tidak
pernah bisa saling melihat isi hati kami.. Aku tidak punya waktu untuk
menunjukkan perasaanku. Aku tidak bisa membiarkannya saja seperti ini.. Aku
tidak bisa menyerah seperti ini.
Dr yoon terpaku mendengar
keputusan Dong Joo.
***
Dong Joo mengantar Soo Wan
pulang. Ia meminta Soo masuk lalu berbalik pergi. Soo Wan menarik jaket Dong
Joo. Dong Joo menoleh, Soo Wan tanya Dong Joo tidak akan menghilang lagi kan
besok? Awalnya Dong Joo merasa heran namun ia menyadari ketakutan di hati
wanita yang ia cintai ini. Takut ia menghilang lagi.
Dong Joo mengelus pipi Soo
wan dan meyakinkannya bahwa ia tidak akan pergi kemana pun lagi. Dong Joo
melepas tangan Soo wan dari jaketnya. Ia memegang erat tangan Soo wan. Lalu
meminta Soo Wan masuk kedalam tanpa memikirkan apapun dan tidurlah. Dong Joo
menyakinkan Soo Wan dengan senyuman manisnya.
Soo Wan tersenyum.
Perlahan jemarinya terlepas dari tangan Dong Joo. Seakan berat untuk berpisah.
Soo Wan masuk dan mengunci pintu pagar namun masih memandang Dong Joo. Akhirnya
ia memutuskan melangkah ke dalam. Baru beberapa langkah, Dong Joo pun
memanggilnya. Ia mengatakan sampai jumpa besok. Soo Wan tersenyum.
Soo Wan masuk dan
bersandar di depan pintu. Ia mengatakan sampai jumpa besok Park Dong Joo. Lalu
tersenyum. Seakan mendengar kata-kata balasan dari Soo wan, dong Joo pun
tersenyum lebar. Ia pun pergi dengan perasaan damai dan bahagia.
***
Jin Woo melihat sebuah
lukisan di galeri lukisan. Gambar lukisan itu ada seorang pria yang berdiri
sendiri di pinggir jalan. Jin Woo teringat akan perkataan Soo Wan.
“Aku
pikir kau akan melakukan itu dengan orang lain. Bukan dirimu, tapi aku sedang
menunggu orang lain.”
“Orang
itu.. Pemilik kalung peluit itu. Apa dia sudah kembali?”
“Tidak.
Aku tahu isi hatiku sekarang.”
Jin Woo terlihat sedih
mengingat kenyataan bahwa Soo Wan menunggu orang lain bukan dirinya. Tiba-tiba ibunya datang dan bertanya apakah
seleramu sudah berubah. Apa ada sesuatu telah terjadi? Jin Woo tersenyum kecut.
**
Jin Woo dan ibunya duduk menikmati
minuman di taman. Jin Woo mengatakan Soo Wan dan aku, kami tidak ingin terburu
buru menikah seperti ini.
“Apa?”
“Kami berdua masih muda
dan punya banyak hal untuk dilakukan. Kami menyukai ini berjalan dengan
perlahan.”
“Soo Wan tidak mau
melakukannya?”
“Bukan seperti itu.”
“Jika kami menikah, kau
akan membuat Soo Wan berhenti dari pekerjaannya.”
Dr Oh mengatakan tentu
saja. Jin Woo bilang itulah alasannya. Ia tidak ingin memintanya untuk
melakukan itu. Dr Oh tanya Jin Woo atau Soo Wan? Jin Woo menjawab ketika Soo
Wan berpikir kalau dia cukup melakukan hal itu. Aku pikir lebih baik kalau
bukan karena seseorang memaksanya tapi karena dia ingin berhenti sesuai keinginannya. Jadi
cobalah pahaminya sedikit, dan tunggu saja.
“Apa dia mengatakan dia
tidak bisa menikah karena dia ingin tetap bekerja? Dia yang mengatakan dia
tidak ingin menikah? Aku tidak mengatakan dia harus tinggal di rumah saja.”
“Ini pekerjaan yang Soo
Wan telah pilih. Bukan sesuatu yang memilihnya”
“Baiklah. Tapi, kau tahu
kalau aku seseorang yang tidak percaya dengan begitu mudah kan? Apakah begitu?
apa dia benar benar tidak ada alasan lain?”
“Masalah lain diantara
kami berdua...” Jin Woo tersenyum dan
mengatakan tidak ada.
***
Teddy Seo tidur dengan
pulasnya. Tiba-tiba Jin Mo muncul dari balik selimut dan berteriak meminta
Teddy bangun. Ia menggucang-guncang tubuh Teddy dan menyuruhnya bangun.
“Apa ini Jin Mo?” ujar
Teddy dengan mata yang masih terpejam
“Beri aku makanan. aku lapar..”
ujar Jin Mo yang masih mengguncang-guncang tubuh Teddy.
***
Akhirnya Teddy menyiapkan
makanan buat Jin Mo. Petugas Ki datang dan langsung duduk. Aku rasa aku akan
memakannya dengan tanganku. Jin Mo mengetuk-ngetuk meja dan meminta sendok dan
sumpit. Udah kayak di restoran aja deh. Ada-ada si Jin Mo ini. pikir Teddy
pelayan ya?? :D
Teddy menoleh tak percaya
di suruh-suruh seperti itu. Apa lagi petugas Ki selaku ayah Jin Mo mendukung
apa yang di minta anaknya. Bukannya meminta Jin Mo mengambil sendiri sendok dan
sumpitnya biar mandiri githu. ^^
***
Tugas selanjutnya, Teddy
membersihkan debu di lantai. Sementara petugas Ki dan Jin Mo asyik menonton. Saat
Teddy membersihkan debu di karpet. Kompak bapak dan anak ini mengangkat kedua
kaki ke atas. Petugas Ki tertawa menikmati acara di TV.
***
Teddy selanjutnya menjemur
pakaian. Ia mengibas-ngibas pakaian itu berulang kali. Ia melihat petugas yang
sedang tertidur pulas di sofa. sementara Jin Mo asyik bermain robot-robotan. Teddy
bergumam ia merasa seperti ia akan mati.
***
Soo Wan datang membawa
nampan berisi kopi. Kepala pemadam kebakaran mengatakan melihat Yoon Ddol
membawa kopi, dia pasti kembali sehat.. Aku tidak bisa memintanya untuk memberikanku
kopi karena dia terlihat sangat lesu,
seperti ayam sakit.
Semuanya mengambil bagian
mereka namun Teddy kelihatan ngantuk berat. Soo Wan mengagetkannya. Hei! Apa
yang kau lakukan dirumah sehingga tidak tidur? Kau pasti punya pekerjaan paruh
waktu setelah bekerja kan?
“Jangan mengatakan hal
seperti itu. Akhir akhir ini aku merasa seperti di Alcatraz (Pulau kecil di San
Fransisco yang berfungsi sebagai penjara milik militer).”
“Alcatraz?” tanya kepala
“Itu penjara di Amerika.” Ujar
salah satu rekan Teddy
“Teddy, Apa kau pernah
masuk ke penjara di Amerika?” rekan yang satu pun ikut bertanya
-Bersambung ke Bagian 3-
Komentar
:
Melihat Soo Wan yang
begitu terluka. aNNa jadi ikutan nangis lihatnya. Perasaan yang begitu dalam
tehadap seseorang dan tiba-tiba menghilang dan kembali lagi dan menghilang
lagi. Membuat siapapun yang menunggu tentunya merasa sakit yang sama seperti
yang Soo Wan alami.
Apa lagi orang itu adalah
kenangan dan cinta pertama kita.. seribu bahkan million tahun pun kita terus
menunggunya. Karena ia mempunyai tempat yang special di dalam hati kita. Kata orang,
hati kita mempunyai beribu-ribu ruangan. Dalam satu ruangan ada berbeda-beda
orang yang menempatinya. Entah itu keluarga, sahabat, pacal maupun musuh. Semuanya
mempunyai tempat yang special di hati kita, saat kita memikirkan orang itu.
Ruangan special buat Dong
Joo tak pernah soo wan tutup. Ia terus membuka lebar dan terus menanti dengan
sabar. Suatu saat nanti, pemilik ruangannya akan kembali dan mengisi kekosongan
hatinya. Jin Woo pun tentunya mempunyai ruangan di hati Soo Wan namun pilihan
ada di tangan Soo wan mau menata ruangan itu dengan baik atau tidak (membalas
cinta Jin Woo).
So poor Teddy!!!!!!!!
Kasihan bangetzzz Teddy. Kok
di jadikan pelayan sih???? Nasibnya lebih bahagia tinggal di asrama. LOL
Haiisshh...sukax nyiksa batin orang,bsok q tggu pikux...heheheeee(mian becanda) msh setia menanti hahahaaa Thanks A lot author...
BalasHapusChiaaaaa...komentarnya Anna top margotop,he he emang iya, the first love mengisi ruang tersendiri di hati kita,kenangannya senantiasa melekat,apalagi aku pernah ngalamin gt( curhat).ditinggalkan...fuih,tanpa tau orang itu hidup ato mati???pokoknya ala sowan bgt deh...,DJ kembali,geu saram..tdk? Mian annaa ini jd curhat,pokoknya semangat!!!aku selalu menunggu sinopmu...hwaiting
BalasHapusmbaaa semangat bikin sinopsinya ..btw pic2 nya maanaaa ??? :'-(
BalasHapusMb, pikunya donk..,
BalasHapusFighting!
Chingu, ada beberapa part yang ga bisa aku buka.. waeyo chingu~yah??
BalasHapusEp brp??? Klu ep genap d blog mbak Lilik tp artikelnya lg d impor k blog drama populer so klu bka link dunia recap ga bs kebuka lgi.. mian,, aNNa blm mengubahnya cz ad kndla sma snyal so mhn ksbrannya ya..
BalasHapus^^
Kenapa sampe skrg masih ga ad pic nya?
BalasHapus