Jin Woo duduk di kursi operasi memimpin jalannya operasi. Ia menginstruksikan rekan dokter yang lain untuk memulai operasinya. Ia meminta pisau bedah lalu memulai membelah organ tubuh pasien.
Soo Wan terlihat serius menikmati filmnya. Di layar, seorang pria melacuh sepedanya di tengah hujan dan hampir menabrak pejalan kaki. Terdengar narasi, “Dihari hujan saat itu mereka bertemu pertama kalinya.” Melihat scene dan mendengar narasi itu, sontak membuat wajah Soo Wan tampak serius. Dan tubuhnya sedikit maju ke depan. Ia serius melihat sang pria yang memakai payung menabrak sang wanita.
Saat itu ia dan Dong Joo menonton film yang sama. Dong Joo muda mengatakan “Tapi kali ini wanita yang menunggu pria dan berjalan dibawah payung.”
“Kau mengatakan kalau itu bukan kebetulan?” ujar Soo Wan muda
“Ya. Ini semua artinya kalau wanita itu menyukainya ditempat pertama.” Ujar Dong Joo muda.
Dylan menatap Soo Wan yang terlihat serius menonton. Ia menyadari kalau Soo Wan mengingat kenangan saat mereka berdua menonton film yang sama saat mereka remaja dulu.
Soo Wan muda berkata “Mereka saling mengakui di tempat pertama juga, ini seperti takdir. Mereka tetap jatuh cinta saat mereka bertemu lagi tidak masalah kapan atau dengan wajah seperti apa mereka bertemu. Apakah itu mungkin?”
“Memang itulah yang terjadi.” Ujar DJ muda
**
Kembali lagi ke operasi yang di pimpin Jin Woo. Jin Woo meminta bor dan meminta menyiapkan jarum suntik untuk pengairan. Perlahan-lahan Jin Woo membor tubuh pasien.
Entah bagian mana yang di bor, sepertinya bagian kepala. Agak ngeri melihatnya.
Soo Wan menutup matanya saat melihat scene dimana sang pria dan wanita dalam film itu melakukan bungee jumping. Ia membayangkan saat remaja ia dan DJ melakukan bungee jumping di hari ulang tahunnya.
“Kalau kau melompat dari tebing, kau mengatakan kalau ini bukanlah sebuah akhir. Kita akan bertemu lagi dan jatuh cinta lagi. Ini bukan karena aku mencintaimu Tapi karena aku tidak bisa melakukan apapun selain mencintaimu, itulah kenapa aku mencintaimu.”
Dylan memperhatikan Soo Wan yang serius merasapi setiap kata-kata dari pria itu. Soo Wan tersenyum, ia yakin suatu saat nanti pasti akan bertemu dengan DJ.
Sementara Jin Woo masih melalukan operasinya. Jarum bor di ganti dengan yang baru lalu ia melanjutkan pembedahan. Pelan-pelan ia membuka tempurung kepala yang sudah terbelah.
(Minta maaf kalau pemaparan aNNa tttg pembedahan kurang akurat.)
Soo Wan dan Dylan sudah selesai menonton. Mereka keluar dari dalam bioskop. Tiba-tiba telpon Dylan berdering, ringtone-nya lagu kesukaan Soo wan saat remaja. Dylan cepat-cepat mereject panggilannya, takut ketahuan. Matanya mengekori Soo Wan.
“Apa kau menyukai lagu itu?” ujar Soo Wan. Dylan belum menjawab. Soo Wan bertanya lagi. Kenapa? Sejak kapan??
“Apa aku harus menjawab tentang lagu yang aku sukai?” ujar Dylan dingin tanpa menatap Soo Wan.
Soo Wan kecewa mendengarnya. Ia lalu meminta maaf. Dylan berlalu meninggalkannya.
Dylan sudah menunggu di depan lift seorang diri. Soo Wan yang datang pun jadi canggung. Akhirnya banyak orang berdatangan mengantri bareng Soo wan dan Dylan sehingga kecanggungan mereka berkurang sedikit.
Pintu lift pun terbuka. Semuanya berbondong-bondong masuk. Alhasil liftnya penuh sesak. Dylan terdorong ke arah Soo Wan mengakibatkan Soo Wan terpojok di dinding. Jarak Soo Wan dan Dylan sangatlah dekat. Wajah Soo Wan pun menempel pada dada Dylan. Membuat Soo Wan mendengar detak jantung Dylan.
Soo Wan kaget. Ia mengenali detak jantung ini. detak jantung ini seperti milik pria yang ia cintai. Ia pun mengingat saat ia terjatuh di UGD dan menimpali Dylan. Lalu ia mengingat saat ia dan Dong Joo remaja terjatuh di lapangan. Ya, detak jantung Dylan dan Dong Joo sama.
Soo Wan bertanya-tanya dalam hatinya.
Kembali lagi ke ruang operasi. Jin Woo meminta suntik untuk pengairan. Terdengar bunyi tiiiiiiitt dari monitor. Salah satu dokter yang memakai kaca mata mengatakan karena kerusakan pada Sagital Sinus (Vena yang melewati tempurung kepala), sehingga membuat pendarahannya tidak berhenti.
“Tekanan darahnya menurun.” Ujar salah satu dokter panik
“Pendarahannya terlalu parah.” Tambah dokter berkaca mata
Jin Woo meminta tolong dokter berkaca mata menyiapkan Xeriform untuk digunakan. Lalu meminta dokter lainnya, terus berikan transfusi darah dan jika mekare lakukan *Tenting, ini seharusnya akan baik baik saja.
Mereka pun segera melakukan apa yang Jin Woo instruksikan.
*Tenting: penggunaan jahitan khusus untuk mata dura dalam mengontrol pendarahan.
**
Di dalam lift, Soo Wan jadi penasaran. Ia kembali mendekapkan telinganya di dada Dylan. Dylan yang melihatnya jadi was-was, ia tidak berani menegur maupun berusaha menghindar. Soo Wan menutup matanya dan mulai merasakan detak jantung Dylan.
Secepat kilat waktu berputar ke masa lalu. Di mana Dong Joo muda mencium Soo Wan di depan rumah Soo Wan. Waktu berputar lagi, dimana DJ dan Sooo Wan yang melakukan bungee jumping. Kemudian Soo Wan muda mencium Dong Joo di tangga. Dan DJ muda berteriak memanggil Soo Wan karena kebakaran di bioskop.
Soo Wan membuka matanya. Ia mulai merasakan kemiripan detak jantung Dylan dan DJ muda. Soo Wan yakin pria yang di depannya ini adalah Park Dong Joo-nya. Ia pelan-pelan mengangkat wajahnya menatap Dylan namun Dylan memalingkan wajahnya. Pura-pura tidak menyadari Soo Wan menatapnya.
*Emang detak jantung manusia itu berbeda satu sama lain ya chingu?
Sepertinya pendarahan yang terjadi berhasil di tangani oleh Jin Woo cs. Sekarang Jin Woo tinggal menjahit tempurung kepala pasien. Selesai menjahit, dokter berkacamata berpikir perdarahannya sudah terkendali sakarang. Sementara dokter yang bertugas memonitor layar monitor pun menginformasikan tanda vital pasien sudah stabil.
Jin Woo tersenyum mengangguk kepada rekannya. Operasinya berjalan dengan lancar.
Semua orang keluar dari dalam lift namun Soo Wan hanya diam mematung. Dylan heran, Yoon Soo Wan. Apa kau baik baik saja? Soo Wan berusaha membandingkan suara Dylan dan Dong Joo. Ia tampak ragu, ia menatap wajah Dylan.
Pelan-pelan tangannya meraih wajah Dylan. Dengan merabah wajah Dylan saja, ia bisa membuktikan apakah benar Dylan adalah Dong Joo atau bukan. Ia pernah mengidentifikasi wajah Dong Joo saat ia masih buta.
Namun Dylan menahan tangannya, dan bertanya apa yang Soo Wan lakukan. Soo Wan tersadar dan bergegas keluar lift meninggalkan Dylan. Dylan ikutan keluar dan melihat kepergian Soo Wan.
Jin Woo bertemu dengan ibunya, Dr Yoon dan Mentri Gwen yang mana keluarga pasien. Jin Woo menyampaikan operasinya berjalan dengan sukses. Tidak ada yang dikhawatirkan sekarang. Mentri Gwen sangat berterima kasih. Jin Woo memang seperti rumor yang dikatakan.
Kemudian Mentri Gwen memuji Dr Oh, betapa bangganya dirimu memiliki anak yang yang luar biasa. Dr Oh tersenyum dan menyampaikan ungkapan terima kasihnya.
Melihat Jin Woo yang hebat seperti ini, Mentri Gwen ingin memperkenalkan Jin Woo dengan anaknya. Jin Woo kaget. Dengan bijak, ia berterima kasih atas kebaikan Mentri Gwen.
“Tapi didepan calon ayah mertuaku, aku..” Mentri Gwen kaget tapi senang. Dr Yoon mengatakan ia sudah memilih Jin Woo sejak lama. Mentri Gwen mengatakan ia sangat iri sama direktur Yoon.
Dr Oh pun mempersilahkan mereka duduk. Dr Yoon meninggalkan mereka karena ada yang menelpon.
“Halo?”
“Ini sudah lama sekali, Direktur. Kau masih mengenali suara ku kan?”
“Dokter Choi Jin Sang?” Dr Yoon langsung mengenali si penelpon, wajahnya tampak tegang.
Soo Wan minum-minum di warung tenda. Ia memesan telur gulung, kaki ayam dan belut. Min Soo datang dan mencibirnya, apa ini malaikat yang dimiliki Dr Kang? Pemabuk dan pengacau, kasar, kematian saat pengantaran, apa lagi sekarang?
Rupanya setiap kali Soo Wan stress dengan pekerjaan maupun hal lainnya, larinya ke minum-minum tuk menenangkan dirinya. Min Soo tahu itu.
“Orang yang mirip?”
“Apa?”
Soo Wan berkata ada yang bilang ada orang-orang yang mirip. Min Soo membenarkan. Soo Wan tanya bila ada orang yang mirip dengan Min Soo, apa hanya penampilannya saja? Apa mungkin suara dan tingkah lakunya juga sama?
Min Soo tidak tahu. Meskipun ia melihat Jun Hyun Moo dan Ju Chi Soo setiap waktu, ia masih agak bingung. Rekannya selalu mengatakan kalau Joo Won and Kang Dong Won terlihat mirip. Karena ia sendiri tidak pernah melihatnya jadi ia tidak tahu. Kalau terlihat mirip, bagaimana bisa suaranya juga sama? Kenapa kamu tiba tiba bicara tentang ini?
Soo Wan ingin bertanya namun ia mengurungkan niatnya. Ia ragu, takutnya dugaannya tidak benar. Min Soo penasaran dengan perkataan Soo Wan yang menggantung. Apa ini permainan teka teki dibawah bulan? Atau ini kebiasaan mabukmu?
“Detektif Cha, ketika aku melihatmu mengejar penjahat atau menyelidiki tersangka. Kau mengatakan kalau tidak semua yang ada diingatan orang itu benar, begitu kan?” Min Soo menganggukkan kepala.
Soo Wan kembali berujar, ketika kau mencari tahu ada banyak hal yang kau percayai ternyata adalah kebohongan. Bisakah ingatanmu berubah jika kau terus mengenang sesuatu? Min Soo mengatakan orang-orang bilang itu mungkin.
“Mungkinkah hal ini sering terjadi? Dia sangat mirip seperti foto. Dia hidup seolah-olah baru keluar dari foto. Mungkin apa yang aku ingat berbeda dari kenyataan. Bagaimana bisa otak manusia menjadi seperti itu?”
“Ini karena otak manusia. Karena kita adalah manusia. Ini artinya kita sering dipengaruhi oleh hati kita. Aku dengar kalau hati kita begitu terjadi karena dua hal.”
Soo Wan tanya dua hal? Min soo mengatakan saat kita sangat putus asa atau saat kita terlalu terluka. Soo Wan menengadakan pandangannya ke langit. Menatap bintang dan berkata “saat kau sangat putus asa atau saat kau terlalu terluka.”
“Aiyoo, Aku pikir kau harus terlepas dari... Penyakit karena Park Dong Joo itu.”
“Park Dong Joo.” Ujar Soo Wan memainkan gelasnya
Dong Joo menatap MP3 milik Soo Wan, ia membayangkan kejadian tadi di lift. Saat Soo Wan mendekapkan wajah ke dadanya. Dylan yang galau pun mendengar lagu dari MP3. Mengutip lirik lagu yang sedang di dengar DJ. Emang benar, Dong Joo tidak tahu bagaimana caranya melupakan Soo Wan. Sekuat apapun usahanya ia tak bisa. ^^
Sementara Soo Wan tampak gelisah dan tidak bisa tidur. Ia pun mengingat saat Dylan bertanya dimana observatorium didekat sini? Saat ia dan DJ muda berkemping di atap observatorium melihat bintang. Saat Dylan menyapa anak pasien di lorong menanyakan kabar ibunya. Saat makan malam dan Dylan mengatakan sejak masih kecil, mimpinya adalah menjadi pemadam kebakaran. Lalu saat DJ muda yang dengan yakin mengatakan tentu saja ia ingin menjadi pemadam kebakaran.
Soo Wan tambah frustasi. Ia menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Beberapa saat kemudian, ia membuka selimut dan hanya menunjukkan wajahnya saja.
Wajahnya tampak kusut dan gelisah. Ia kembali mengingat saat bertemu dengan Dylan di bioskop. Saat ia mendengar ringtone telpon Dylan yang merupakan lagu favoritnya. Dan detak jantung Dylan yang sama seperti DJ remaja.
Percakapan antara ia dan Min Soo terngiang di pikirannya.
“Mungkinkah ingatanmu berubah jika kau terus mengenang sesuatu terlalu lama?”
“Ini karena otak manusia. Karena kita dipengaruhi hati kita. Terjadi saat kau sangat putus asa, atau kau sangat terluka.” Ujar Min Soo
Soo Wan tidak tenang lagi, Ia langsung beranjak pergi.
**
Sementara Dylan bersiap-siap pergi keluar. Ia merogoh dompetnya dalam saku jaket yang ia pakai saat pergi menonton ke bioskop tadi. Ia mendapati tiket film Bungee Jumping dalam dompetnya. Ia meramasnya dan melemparnya ke dalam tong sampah. Lalu beranjak pergi.
Soo Wan pergi ke RS. Tepat saat itu Dylan mengambil sepedanya dari parkiran. Soo Wan langsung mendekat dan menghadang jalan Dylan. Dylan kaget dan bertanya apa Soo Wan lakukan disini?
“Aku tahu... Apa yang aku lakukan disini?” Soo Wan menunduk tanpa menatap Dylan
“Apa ada suatu masalah?” tanya Dylan serius
“Masalah. Ada sesuatu masalah. Tapi aku tidak yakin apa itu, jadi...” Soo Wan mengangkat wajahnya lalu menatap Dylan “Aku benar benar perlu mengetahuinya... Ini terakhir kalinya dan sebelum waktu itu.. Ada sesuatu yang aku tidak bisa pastikan sebelumnya. Aku benar benar benci kalau aku terus melakukan ini padamu, tapi... Jika aku tidak memastikannya, aku pikir ini akan terus menggangguku. Aku akan memintamu untuk terakhir kalinya... Kita.. Kita tidak pernah saling bertemu kan di masa lalu?”
Dylan bukannya menjawab malah memilih pergi. Soo Wan langsung mencegatnya. “Aku tahu betapa anehnya aku harus melakukan ini. Hanya sekali saja, "Soo Wan, Yoon Soo Wan". Bisa kau panggil aku seperti itu?” Soo Wan langsung menutup matanya.
Dylan tampak menahan perasaannya. Dalam hati ia menyebut nama “Soo Wan, Yoon Soo Wan” seperti permintaan Soo wan. Setelah mengatakan itu, Dylan tampak melawan kegalauan hatinya. Sementara soo Wan masih menutup matanya menanti ia memanggil namanya.
Namun Dylan malah menarik tangan Soo Wan. Soo Wan kaget di perlakukan seperti itu. Dylan menyeret Soo Wan ke tempat yang gelap yang hanya ada cahaya dari balik kaca.
Dylan mendorong Soo wan ke dinding dan menahannya. “Ini terakhir kalinya, dan sebelum waktu itu.. Kenapa kau tidak jujur saja padaku?” Soo Wan berusaha melepas dirinya namun Dylan mendorongnya kembali.
“Jangan membuat alasan, maukah kau mengatakannya sehingga aku bisa mengetahuinya dengan jelas? Apa kau tertarik padaku? Apa ini tidak akan cukup bermasalah dengan Dr. Kang Ji Woon ? Jika tidak bermasalah, aku akan memikirkanmu dengan serius.”
Soo Wan mendorong Dylan dan memintanya menyingkir. “Aku mungkin gila. Hanya karena suaramu yang sama. Dong Joo-ku, benar benar tidak seperti mu. Dia bukanlah pria seperti mu.”
Soo Wan beranjak pergi. Dylan tampak terpukul mendengarnya. Ia mendesah. Wajahnya tampak bersalah melakukan hal yang tidak pantas ia lakukan.
Soo Wan berjalan menyusuri jalan. Lalu duduk di bangku taman. Ia tampak sedih mendapati Dylan bukan seperti apa yang ia pikirkan. Ia memutuskan pergi ke rumah lamanya.
Soo Wan berdiri menatap rumah yang dulu ia tinggali. Tiba-tiba bayangan Soo wan muda berlari melewatinya. Soo Wan muda menekan bel. Rupanya sudah ada yang membeli rumah mereka. Ahjumma itu bertanya siapa. Soo Wan muda mengatakan ia Yoon Soo Wan yang pernah tinggal disini. Apa ada surat untuknya? ahjumma bilang ia akan menghubunginya kalau ada, kenapa terus kesini walau tanpa hasil. Soo Wan muda tampak kecewa mendengarnya.
Soo Wan melihat betapa menderitanya ia saat muda dulu. Ia yang selalu menantikan surat dari Dong Joo namun tidak ada satu surat pun untuknya. Soo Wan menatap Soo Wan muda. Terdengar suara Soo Wan meminta Soo Wan muda menerima saja semua ini dengan baik, dia (Dong Joo) tidak ada didunia ini. Dia hanya ada di ingatanmu saja.
“Aku akan melupakannya sekarang. Aku tidak akan bertindak gila seperti ini lagi.” Ujar Soo Wan muda dalam hati.
Mereka berdua saling memandang sampai akhirnya bayangan Soo Wan muda hilang dengan sendirinya.
Min Soo bersama rekannya menggiring beberapa orang penjahat turun dari atas mobil. Namun detektif Kim memanggilnya. Sepertinya ada hal penting yang ingin detektif Kim sampaikan kepada Min Soo.
Min Soo memberinya secangkir kopi. Min Soo tanya apa detektif Kim sudah menunggu lama? Namun detektif Kim berujar kenapa ia harus menunggunya? Ia datang kesini karena teman kelasnya, Kepala Park mengajaknya makan bersama. Makanya ia mampir untuk bertemu dengan Min Soo, mumpung ia disini.
“Ah, aku juga ingin bertemu denganmu. Kenapa kau tidak mengangkat telepon mu?”
“Aku lupa kalau mereka memutuskan teleponku. Ternyata ini lebih baik. ini lebih aman tanpa telepon. Lagian aku tidak punya siapapun untuk ku telepon. Kenapa? Kenapa kau ingin bertemu dengaku?”
“Dylan Park. Dia baru saja kembali dari Amerika. Apa kau mengenalnya?”
“Dyl- siapa dia?”
“Ada kasus tabrak lari sebelumnya, atas nama Yoo Jung Hwa. Dia bilang kerabat dari korban yang meninggal, bertanya tentangmu. Apa kau tidak ingat apapun?”
“Ingatanku kabur, kau kira hanya ada satu atau dua saja kasus tabrak lari disini? Aku yakin dia hanya mau menyalahkanku karena tidak bisa menangkap pelaku, lupakan. Kau bisa menanganinya. katakan padanya aku tidak kenal.”
Detektif Kim lalu bergurau kalau rasanya aneh minum dengan perut yang kosong. Ia mau pergi karena ia merasa lapar. Min Soo mau mentraktirnya dan memberikan sejumlah uang untuk menyambung telponnya. Awalnya di tolak mentah-mentah sama detektif Kim. Namun akhirnya ia mengambilnya juga tuk menyambung telponnya.
**
Setelah mengambil uang itu. Ingatan detektif Kim pun terbuka. “Yoo Jung Hwa? Aku pikir nama ibu pemilik restoran bubur itu Yoo Jung Hwa. Tidak, tidak. aku tidak tahu siapapun dari Amerika. Lagian, kau yang yang urus itu.”
“Aku akan mengurusnya.”
Detektif pun beranjak pergi. Min Soo berteriak meminta detektif Kim membelikan sesuatu untuk dimakan, dan menelponnya.
**
Dylan tampak tak bersemangat dalam bekerja. Habis memeriksa pasiennya. Dengan lesuh ia kembali ke ruangannya. Si trio sok tahu langsung berkumpul membahas apa yang terjadi sama Kepala mereka.
“Apa ada masalah? Kepala tidak terlihat sehat.” Ujar suster
“Itu benar. Lingkaran hitam dimukanya sangat besar.” Tambah Dr Yoon muda
“Moodnya berbeda setiap waktu. Beri dia sesuatu...” timpal Dr Kim
“Oh... minuman.” saran Dr Yoon Muda
“Aku akan melakukanya.” Ujar suster tersenyum
Sontak membuat kedua dokter itu terkejut dan memandang suster OhJinJoo penuh tanda tanya.
Mobil ambulans milik 119 menyusuri jalan raya dengan kecepatan tinggi. Soo Wan yang tampak tidak sehat menanyakan bagaimana kondisi pasien bisa seperti itu? Soo Wan batuk-batuk. Ia meminta wali pasien mengawasi pernapasan pasien dan kesadarannya.
Batuk Soo Wan berambah parah. Teddy Seo yang melihat itu mengatakan demam Soo Wan sepertinya parah. Soo Wan akan pingsan nanti. Soo Wan malah meminta Teddy melanjutkan saja menyetirnya. lalu menanyakan kemana mereka pergi? Ia pasti lupa. Suaranya terdengar parau.
Teddy mengatakan SMA Saewon. Soo Wan tanya SMA Saewon? Soo wan sepertinya tahu SMA Saewon itu. Teddy tanya apa Soo Wan lulusan dari sana? Bukankah, itu sekolah laki–laki?
Pasien yang mana adalah wakil Kepala Sekolah Saewon terlihat menjerit kesakitan seraya memegang perutnya. Soo Wan memasang alat mengecek kondisi pasien. Soo Wan mendapati tanda vital pasien normal.
Ia lalu mengatakan Pasien, aku akan menekan sebelah sini, Maukah kau mengatakan padaku seberapa sakit dan dimana sakitnya? Kepala sekolah mengatakan tidak. Soo Wan berpikir pasien tidak bisa mengatakan namun pasien itu mengatakan ia bukan pasien namun ia wakil kepala sekolah.
Soo Wan dan Teddy kebingungan. Soo Wan bertanya namun si pasien yang mana adalah kepala sekolah Saewon berteriak dalam kesakitannya kalau ia wakil kepala sekolah!
Soo wan akhirnya menyadari dan berusaha menekan perut pasien namun wakil kepala sekolah mengatakan semua tubuhnya sakit dimana-mana. Jadi antarkan saja ia ke RS cepat. Soo Wan tanya apa ada obat atau suntikan yang sering digunakan? Namun wakil kepala sekolah menjerit dan berulang kali meminta mereka cepat antarkan dia ke RS.
(Lucu lihat adegan ini)
Sesampainya di RS. Wakil kepala sekolah berteriak menjerit kesakitan. Teriakannya membuat Dylan yang memeriksa data pasien pun mendekat. Namun ia terkejut dengan kondisi Soo Wan yang tampak tidak sehat. Soo Wan tampak pucat sekali. Dylan khawatir melihat kondisi Soo wan.
“Pasien pria berumur 62 tahun dan dia mempunyai sakit perut parah. Tekanan darahnya sekitar 150, denyut nadinya sekitar 10, dan suhu tubuhnya 96.8 derajat.” Teddy melaporkan kondisi pasien
“Pasien, apa kau mendengarku? Aku akan menekan perutmu, jadi katakan padaku berapa sakit dan dimana yang sakit.” Ujar Dr Kim
Pasien langsung memukul tangan Dr Kim. Ia berteriak kesakitan. Dr Kim tanya bagaimana kalau ia melepas tangannya dari perut pasien? Pasien mengatakan ketika dokter melepaskannya, ini tidak sakit.
Dylan tampak penasaran plus khawatir dengan kondisi Soo Wan. Ia mendekat namun Dr Kim memanggilnya. Dr Kim mengatakan pasien memiliki nyeri perut yang parah, tapi tidak ada pengurang rasa sakit. Apa yang harus ia lakukan?
Bukannya memberi instruksi kepada anak buahnya, Dylan malah terlihat serius menatap Soo Wan. Ia pun mengecek hasil diagnosa pasien namun masih menatap Soo Wan. dylan meminta mereka memeriksa perut pasien dengan pemukul dan langsung saja minta tes X ray dan tes darahnya. Dr Kim mengiyakan.
Dylan kembali menatap Soo wan. Wakil Kepala Sekolah yang sedari tadi menjerit kesakitan langsung terbangun setelah mendengar suara Dylan. ia terbelalak kaget. Mulutnya nganga, terbuka lebar. Dylan hendak pergi namun ia menarik lengannya.
“Dong Joo-ya!” teriak wakil kepala sekolah mengenali Dong Joo
Mendengar nama Dong Joo di sebut, mata Soo Wan terbuka lebar. Dong Joo langsung menatap Soo Wan, takut ketahuan. Soo Wan menatap Dylan penuh tanda tanya.
-Bersambung ke episode 6 di tempat mba Lilik-
Komentar :
Mian chingu.. Maafkan keterlambatan aNNa dalam memposting bagian ke tiga ini. pliss
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya chingu,,
habis baca di tunggu commentnya ya..
Hwaiting