Episode sebelumnya, Dong Joo dan Soo
Wan resmi bertemu satu sama lain sebagai pasangan kekasih yang lama tak
berjumpa. Mereka berdua saling berpelukan, melepas rindu yang sudah lama di
pendam. Ya, 12 tahun lamanya waktu memisahkan mereka. Waktu yang sangat lama,
sangat menyakitkan dan sangat sangat membosankan tentunya. Dan yang tersisa
hanyalah sebuah kenangan indah di antara mereka berdua. Sayangnya, Soo Wan tidak
dapat melihat wajah tampan DJ saat pertama kali ia membuka mata paskah operasi
kornea matanya. Akan tetapi kenangan tetaplah kenangan, yang hidup dan bertumbuh
subur di hati Soo Wan dan DJ. Bukan hanya kenangan saja namun masih ada cinta
yang tak pernah mati di dalam hati mereka berdua. ^^
~Episode 7~
Setelah melepas rindu satu sama lain. Soo Wan dan Dong
Joo malah duduk diam di ruang tunggu. Soo Wan tampak canggung, ia tidak tahu
bagaimana menghentikan keheningan ini. Sedangkan Dong Joo hanya diam mematung di
tempat duduknya. Dong Joo tampak ragu dengan paspor di tangannya. Soo Wan
menoleh perlahan, akhirnya ia memberanikan diri menyapa Dong Joo duluan.
“Terima kasih. Untuk menunjukkan
mukamu lagi padaku. Ini melegakan. Sehingga aku bisa mengucapkan salam
perpisahan sebelum aku pergi kali ini.” ujar DJ tanpa memandang wajah Soo
Wan
“Dong Joo-ya.”
“Jangan terluka lagi, oke?” Mata Dong
Joo berkaca-kaca. Lalu pergi meninggalkan Soo Wan.
Soo Wan berulang kali berteriak memanggil Dong Joo.
Namun Dong Joo tetap memilih melangkah pergi. Akhirnya Soo Wan berteriak meminta
Dong Joo jangan pergi. Refleks membuat langkah Dong Joo terhenti. Perlahan Soo
Wan mendekat. Namun Dong Joo memantapkan hatinya meninggalkan Soo Wan.
Setidaknya kali ini, ia bisa berpamitan dengan Soo Wan. Tidak seperti 12 tahun
yang lalu, yang mana ia hanya menitipkan surat namun di sembunyikan Dr
Yoon
Dong Joo mantap melangkahkan kakinya masuk ke ruang
cek in. Soo Wan perlahan meminta Dong Joo jangan pergi. Air matanya mulai
bercucuran. Ia berteriak memanggil Dong Joo jangan pergi. Namun Dong Joo tidak
menoleh sedikit pun tuk melihat Soo Wan. Soo Wan terisak saat melihat punggung
Dong Joo menghilang. Ia menangis memohon Dong Joo jangan pergi. Bibirnya
gemetaran menahan perasaan yang berkecamuk di dalam hati.
Di bording room. Sejujurnya Dong Joo tak sanggup
meninggalkan wanita yang selama ini ia cintai. Semua ini ia lakukan karena
permintaan Dr Yoon. Saat itu Dr Yoon berlutut memohon Dong Joo pergi jika ia
menganggap dirinya ini sebagai ayah. Jika Dong Joo ingin Soo Wan hidup dengan
normal dan bahagia. Maka satu-satunya cara adalah Dong Joo pergi.
Terekam kembali ingatan saat Soo Wan yang begitu
bahagia saat bersama Jin Woo. Dong Joo bimbang. Ia mengingat teriakan Soo Wan
yang meminta dirinya jangan pergi meninggalkannya lagi. Perlahan air matanya
mengalir keluar dengan derasnya.
Soo Wan masih duduk merenung di ruang
tunggu bandara. Ia memegang erat MP3-nya. Lalu memegang kalung peluit yang Dong
Joo beri. Dong Joo ingkar janji. Ia tidak memegang janjinya untuk tidak
meninggalkan Soo wan. Sementara Dong Joo masih mematung di Boarding Room. Air
matanya terus mengalir.
**
Beberapa minggu berlalu paskah
kepergian Dong Joo ke Boston. Soo Wan kembali ke aktifitasnya semula,
membersihkan ambulans 119 namun ia tampak tidak fokus. Tidak ada gairah dalam
bekerja. Air dalam ember yang sudah penuh akhirnya bercucuran begitu saja.
Menimbulkan banjir lokal di sekelilingnya.
Pikirannya menerawang ke langit biru.
Memikirkan Dong Joo yang tak kunjung memberi kabar. Ia masih berharap Dong Joo
kembali padanya. Petugas Ki datang dan heran melihat kondisi Soo Wan yang tampak
bengong menatap langit. Petugas Ki menyenggol Soo Wan. Ia mengatai Soo Wan itu
mayat atau manusia. Dimana Soo Wan meletakkan pikirannya itu.
Soo Wan tanya emang apa yang ia
lakukan. Petugas Ki mengatakan apa Soo Wan tahu telah berapa minggu ia bekerja
berturut-turut tanpa istirahat? Soo Wan menjawab seenaknya, ia baik-baik saja.
Petugas Ki khawatir karena Soo Wan memforsir tenaganya selama beberapa minggu
ini. Kalau Soo wan melihat dirinya di cermin, ia tidak terlihat seperti manusia.
Bagaimana kalau ada kecelakaan yang terjadi di saat Soo Wan seperti ini, apa
yang akan Soo Wan lakukan dalam keadaan genting?
Itu tidak akan terjadi. Soo Wan
langsung meninggalkan petugas Ki yang khawatir melihat penyakit lama Soo Wan
kambh lagi (penyakit sindrom Dong Joo).
**
Dr Choi keluar dari ruangan Dr Yoon
sambil tersenyum senang (cute sekali senyumnya). Dr Choi memakai topinya dan
bergegas pergi namun kakinya terlihat seperti orang pincang saat berjalan. Ia
berpapasan dengan Dr Oh di lorong. Walau berpakaian seperti itu, Dr Oh tetap
saja mengenali wajah dr Choi. Dr Oh jadi penasaran apa yang dr Choi lakukan di
ruangan Dr Yoon.
**
Dr Oh masuk dan melihat dr Yoon duduk
termenung di atas meja kerjanya. Dr Yoon tidak menyadari kehadiran Dr Oh.
Sepertinya ia memikirkan suatu hal yang membuat pikirannya terganggu. Dr Oh
bertanya apa ada masalah. Dr Yoon terperanjat, ia langsung menatap ke pintu.
Lalu mengatakan tidak... tidak ada. Dr Oh merasa ada yang aneh dengan ekspresi
wajah Dr Yoon yang tampak takut. Seperti menyembunyikan sebuah rahasia.
“Orang yang baru saja meninggalkan
kantormu... Bukankah Dr. Choi yang pernah bekerja di rumah sakit ini?” dr Yoon
yang banyak pikiran setengah kaget mendengarnya. Dr Oh mengingatkan Dr Yoon
tentang Dr Choi Jin Sang dari bedah umum yang ia pecat karena dia menyebabkan
masalah. Dr Yoon bilang mungkin Dr Oh melihat orang yang salah. Namun wajahnya
tampak gugup, sangat jelas sekali ia sedang menutupi sebuah rahasia.
“Memangnya kenapa dia mau datang
kesini?” ujar Dr Yoon menutupi kegugupannya. Dr Oh tanya benarkah, ia yakin
pasti ada sesuatu yang terjadi antara sahabatnya dengan Dr Choi. Dr Oh beralih
menanyakan jam berapa Soo Wan selesai bekerja. Namun Dr Yoon seperti kebingungan
dan tidak fokus. Ia balik bertanya selesai bekerja? Jam berapa dia selesai lagi?
Dia selalu berganti jam dengan orang lain. Dr Oh semakin heran sama ekspresi
sahabatnya. Ada yang salah sama sahabatnya ini. Dr Yoon sadar dan bertanya tapi
kenapa (Dr Oh menanyakan tentang Soo Wan)?
***
Ambulans 119 melajuh dengan kecepatan
penuh. Soo Wan di bagian belakang menemani sang pasien bersama wali pasien. Ia
berusaha membuat pasien tetap terjaga. Jangan sampai pasien kehilangan
kesadarannya, bisa bahaya. Namun pasien sepertinya sudah tak sadarkan diri.
Melihat pasien sudah koma. Soo wan langsung menghubungi pihak RS meminta saran
medis. Ia melaporkan hasil terkini mengenai keadaan pasien.
“Dia pria berumur awal 40 tahunan dan
dia kehilangan kesadarannya karena tingkat glukosanya rendah. Tekanan darah
130/90. denyutnya 60. Tingkat kadar gula darahnya 40.”
Seperinya Soo Wan mendapatkan
intruksi dari dokter. Ia segera memberi infus pasien. Istri pasien khawatir ada
apa-apa sama suaminya pun bertanya apa yang sedang Soo Wan lakukan sekarang? Soo
Wan mengikat lengan pasien agar ia bisa melihat urat nadi pasien sehingga bisa
menyuntik larutan glukosa ke tubuh pasien. Soo Wan meminta istri pasien tidak
khawatir karena ia mengikuti perintah dokter. Soo Wan berniat menyuntik pasien
namun istri pasien langsung menarik Soo Wan hingga terhempas. Istri pasien
memarahi Soo wan.
“Aku sudah bilang jangan
melakukannya! Apa petugas medis tahu untuk melakukan hal yang sangat berbahaya
ini?” Soo Wan hanya diam mendengar omelan istri pasien.
**
Pasien sudah tiba di RS. Dr Yoon muda
yang memeriksa pasien. Ia meminta tolong suster menyiapkan larutan glukosa. Dr
Kim menandatangani form mengenai pasien yang di berikan Soo Wan. Ia tanya kenapa
Soo Wan tidak memberinya larutan glukosa? Soo wan bilang walinya melarang. Dr
Yoon dan Kim jadi penasaran.
“Dia tidak bisa percaya pada pemadam
kebakaran untuk memberikan suntikan glukosa di ambulans.” Ujar Soo wan
sedih
“Jika orang tidak bisa percaya pada
seorang veteran seperti Ketua Yoon, apa yang akan kita lakukan?” Dr Kim merasa
lucu. Istri pasien langsung berteriak meminta mereka memeriksa suaminya. Segera
Dr Kim dan dr yoon muda turun tangan.
**
Soo Wan diam-diam mencuri pandang ke
ruang kerja Dylan. Ia kaget melihat seorang pria sedang duduk di kursi kerja
Dylan. Ia penasaran apakah Dylan telah kembali bekerja lagi sebagai dokter di RS
ini. soo Wan pun mendekat. Pria itu berdiri dan meninggalkan ruangannya. Soo Wan
sudah hampir sampai namun langkahnya terhenti saat melihat pria itu adalah Jin
Woo. Kekecewaan terpancar di wajahnya.
“Soo Wan, apa kau mengantarkan
pasien?”
“Ya, tapi Ji Woon...” ujar Soo Wan
melihat ke ruangan Dylan
“Aku menjadi direktur di Ruang UGD.
Daripada berada di Departemen neurologi, aku pikir akan lebih mudah disini jadi
aku pindah kesini. Dylan sudah melakukan pekerjaan yang besar jadi tidak banyak
yang harus aku kerjakan sekarang. Aku hanya harus melakukannya dengan
baik.”
“Oh begitu. Aku mau pergi dulu.” Soo
Wan kelihatan tak tertarik ataupun bahagia mendengarnya. Ia berbalik pergi namun
Jin Woo memanggilnya. Jin Woo bertanya apa ia baik baik saja? Dari mukanya, Soo
wan terlihat tidak baik. Soo wan bilang ia baik-baik saja. Lalu pergi
meninggalkan Jin Woo yang khawatir plus penasaran apa yang sebenarnya terjadi
sama tunangannya ini.
***
Detektif Kim memeriksa kembali berkas
kasus tabrak lari yang ia tangani dulu. Saat melihat foto jejak ban mobil di TKP
tabrak lari itu. Instingnya sebagai seorang detektif handal pun keluar. Ia yakin
ada yang di sembunyikan dari perkara ini. Ia lalu mengingat saat ia memberi
berkas yang sama kepada atasannya. Atasannya malah mencibir tak percaya. Hanya
dengan jejak ban bagaimana mereka menemukannya. Begitu banyak bahkan ratusan
mobil asing di daerah Seyoung. Selain itu juga, tidak ada jaminan kalau mobil
itu dari daerah Seyoung. Kapan kau akan memeriksa mereka semua?
“Aku mengatakan ini hampir
mempersempit pencarian... aku masih perlu mencari sekeras yang aku bisa.”
Detektif Kim lalu mengambil kembali berkas-berkas itu dari meja atasannya. Ia
tahu atasannya tidak mau membantunya.
“Apa kau punya banyak waktu luang?
Apa kau masih akan melakukannya kalau aku menyuruhmu menyelidiki insiden
perselisihan organisasi Ohjin yang sudah lama itu? Hei, apa kau tahu berapa
banyak jaksa mengomeliku?” Atasan detektif Kim jadi naik darah karena detektif
Kim tidak mendengar perkataannya. Detektif Kim bilang itulah yang Kepala selalu
lakukan. Ia melakukan ini karena ada janji yang telah ia buat ke anak keluarga
itu. Ia pun pergi namun ada beberapa orang berseragam lengkap masuk.
**
“Apa kau detektif Kim Woo Chul?”
tanya seorang dari mereka
“Siapa kalian?”
“Kami tim inspeksi dari Bonchon. Bisa
ikut kami sebentar?”
“Ada urusan apa tim inspeksi dari
Bonchon menemuiku?”
Si pria yang tadi yang bertanya
langsung menyusuri rekannya menyeret detektif Kim. Detektif Kim meminta
penjelasan mengapa dirinya di bekuk seperti ini. Namun tidak ada penjelasan dari
pihak inspeksi Bonchon. Ia hendak memberontak namun ia kalah kuat. Atasan
detektif Kim hanya melihat saja saat detektif Kim di giring keluar
ruangan.
Detektif Kim menyadari adanya
kejanggalan dan ketidakberesan dalam kasus ini. Ada pihak yang berniat menutupi
kasus tabrak ini, namun siapa? Mengapa juga tim inspeksi Bonchon bisa turun
tangan. Ia tidak mau membuang rasa curiganya begitu saja. Ia segera menghubungi
detektif Cha Min Soo.
**
Min Soo memeriksa berkas kasus tabrak
lari ibu Dong Joo. Ia tidak percaya detektif Kim masih menyimpan semua berkas
ini sampai sekarang. Detektif Kim berujar ia tetap tidak bisa membuangnya. Entah
karena hubungan dengan keluarga ahjumma itu atau ia tidak tahu jika ia merasa
sesuatu mencurigakan dan betapa anehnya hal ini terjadi.
“Kalau sudah banyak begini... Jika
kau menggalinya lebih dalam lagi kau akan mendapatkan sesuatu. Lalu kau mau
menutup kasus ini?” ujar Min Soo ingin tahu
“Menutup kasusnya dengan mudah, apa
kau bodoh?” detektif Kim sadar suaranya terlalu tinggi. Ia melihat sekelilingnya
dan mengatakan ia sedang menggali informasinya sendiri tapi ia diseret oleh tim
investigasi. Berapa lama kau pikir ini sudah selesai?
“Ini akan lebih mudah kalau kita
mempersempit jenis mobil apa yang dipakai pada saat itu, hanya dengan jejak
ban.” Ujar Min Soo. Detektif Kim langsung semangat mendengarnya. Ia menyuruh Min
Soo cari daftarnya dulu. Ia akan melakukan semuanya dengan keras. Min Soo
menatap heran detektif Kim karena tiba-tiba begitu bersemangat setelah sekian
lama di pecat. Detektif Kim bilang karena ia sangat bosan menunggu kapan
kematiannya. Ia berharap dengan melakukan ini dapat membayar hutangnya (janjinya
kepada Dong Joo). Min Soo langsung berteriak menyuruhnya berhenti mengatakan
kalau ia akan mati.
“Dokter itu, dia adalah anak orang
lain tapi dia mengagumkan. Dan ada hal yang aku sesali. Aku merasa setidaknya
aku harus melakukan sebanyak aku bisa lakukan sebelum masa berlakunya habis,
untuk membayar rebusan kentang yang dia beri. Itu alasannya. Puas?”
“Dia tidak berharap banyak dari mu,
dia sudah berterima kasih atas usaha yang telah kau lakukan..” ujar Min Soo
sibuk memeriksa berkasnya. Detektif Kim heran bagaimana Min Soo tahu? Apa
hubungan mu dengan dokter itu? Apa hubungan kalian berdua miliki sehingga kau
tidak menghormati dia seperti itu? Min Soo mengatakan DJ adalah orang yang
menyakiti temannya jadi ia tidak bisa mengormatinya seperti itu.
Detektif Kim mencibir apa Min Soo
seorang pria? Min Soo berteriak marah, Sunbae! Detektif Kim menyuruhnya cepat
cari tahu. Lalu beranjak pergi. Ia bergumam Min Soo terlihat seperti perempuan
saat ia marah seperti itu.
Diam-diam atasannya detektif Kim
keluar dari balik mobil. Sepertinya ia mendengar apa yang detektif Kim dan Min
Soo bahas tadi.
**
Soo Wan pulang ke rumah. Namun ia di
kejutkan dengan kehadiran Dr Oh yang sedang bercakap-cakap dengan ayahnya di
ruang tamu. Apalagi Jin Woo yang muncul dari dapur dan membawa piring berisi
buah. Ia mengatakan seharusnya Soo Wan memberitahunya dulu biar ia yang
menjemputnya. Tapi Soo Wan bahkan tidak menjawab teleponnya.
Soo Wan hanya diam saja. Jin Woo
merasa ada yang tak beres sama wajah kekasihnya yang terlihat pucat. Ia memegang
jidat Soo wan dan mendapati Soo Wan sedang demam.
Soo Wan menepis tangan Jin Woo dan
mengatakan ia baik baik saja. Ia lalu permisi ke kamar mau mengganti pakaian
dulu. Dr Oh mengiyakan, ia meminta Soo wan habis ganti segera turun kembali. Jin
Woo melihat Soo Wan terlihat berbeda. Ia merasa khawatir terjadi sesuatu sama
kekasihnya. Diam-diam Dr Yoon pun menaruh kekhawatirannya namun bukan seperti
Jin Woo. Ia khawatir akan hal yang lain.
**
Soo Wan selesai mengganti pakaiannya.
Ia turun dengan wajah yang lesuh tanpa menatap tamunya. Dr Yoon lalu mengatakan
ahjumma bilang kalau dia ingin kalian berdua mengadakan pesta pertunangan.
Sontak membuat Soo Wan terperanjat kaget. Pesta pertunangan? Soo Wan masih
menunggu jawaban dari ayahnya namun Dr Oh menjawab di akhir bulan ini ketika
ayahnya Ji Won kembali kesini. Ia berpikir bagaimana jika mereka membuat acara
yang sederhana dan cantik, seperti pesta kebun. Jin Woo tersenyum mendengarnya.
Dr Oh meminta pendapat Soo Wan.
Soo wan bilang ia belum memikirkan
hal itu sama sekali... jin Woo tampak kecewa mendengarnya. Dr Oh mengatakan ayah
dan anak sama saja. Hal ini sangat penting untuk dilakukan, mumpung kau masih
muda. Memakai sesuatu yang cantik di hari yang baik. Kau hanya berada di
ambulans setiap hari. Soo Wan hanya menunduk sedih, Jin Woo mengatakan mereka
harus membahasnya diantara mereka dulu.
Namun sebagai seorang ibu yang sudah
berpengalaman. Dr Oh mengatakan apa yang mau didiskusikan, kau hanya perlu
menentukan tanggalnya. Ketika tanggalnya sudah diatur, ambillah cuti liburan di
kantormu. Aku akan mengurus semua undangan dan persiapannya, oke?
Jin Woo mendapati Soo Wan tidak fokus
sama pembicaraan mereka. dr Oh memanggil Soo Wan. Soo Wan mengangkat wajahnya
mengiyakan. Dr Oh bertanya apa Soo wan dengar apa yang ia katakan? Soo Wan
kembali mengiyakan tanpa semangat. Jin Woo berujar ia pikir akan lebih baik
menyuruh Soo Wan untuk pergi beristirahat dulu sekarang. Dr Yoon yang sedari
tadi melihat putrinya tidak bersemangat pun memintanya naik keatas.
**
Soo Wan merenung di depan pintu
kamarnya. Ia memikirkan pembicaraan mereka mengenai pertunangannya. Ia memegang
kalung peluitnya. Wajahnya memancarkan kesedihan karena ia harus bertunangan
dengan Jin woo artinya ia harus belajar melupakan Dong Joo. Ia duduk seperti
anak yang kehilangan ibunya di tengah-tengah keramaian pasar.
Di meja terpampang foto
kebersamaannya bersama Jin Woo. Mereka tampak bahagia satu sama lain.
**
Jin Woo juga tampak stress memikirkan
pertunangan mereka yang mendadak, yang membuat Soo wan terkejut mendengarnya. Ia
menuju dapur dan hendak membuka kulkas. Namun ia kembali menutup kulkasnya
karena matanya tertujuh sama fotonya bersama Soo wan yang di beri perekat di
depan kulkas.
Foto itu di ambil pada tanggal
10-11-2008, saat mereka berdua makan malam. Saat itu Jin Woo berhasil melamar
Soo wan jadi kekasihnya tepat di hari yang ke 1000. Jin Woo senang karena mereka
berdua resmi berkencan hari itu. Jin Woo tersenyum kecut menatap foto
kenangannya bersama Soo Wan.
Berarti Jin Woo sudah berulang kali
melamar Soo wan jadi kekasihnya donk. ^^
**
Teddy sedang mengangkat beberapa
barang perlengkapan. Ia hendak menyimpannya dalam mobil namun ia melihat Jin Mo
sedang duduk termenung di depan. teddy mendekat dan mengagetnya namun Jin Mo
hanya diam menatapnya lalu menunduk lagi. Teddy jadi bingung. Ia menusuk tubuh
Jin Mo dengan jarinya dan bertanya ada masalah? apa ini? Beritahu Hyungmu ini.
Kenapa kau duduk disini seperti anjing kehujanan?
“Ayahku, dimana dia?” tanya Jin
Mo
“Ketua pergi untuk mengajar latihan,
tapi kenapa?”
“Apa ada 119 juga di Amerika?”
“Aish, tentu saja ada.. Tapi di
Amerika, bukan 119. Tapi 911.... 911. Kenapa?”
“Jadi, Hyung, bisa kau telepon 911 di
Amerika sekarang dan 119, bukan... Bisa kau menelpon 911?”
“Apa?”
“Sepertinya... Sepertinya... Aku
pikir sesuatu terjadi dengan ibuku.” Ujar Jin Woo lalu menangis histeris.
Melihat itu, Teddy jadi bingung bagaimana menenangkannya. Ia lalu memeluk Jin Mo
dan mengatakan tidak apa apa. Namun tangis Jin Mo semakin pecah. O_o
(Jangan nangis Jin Mo-ku sayang,
auntie aNNa jadi sedih melihatnya.)
**
Soo Wan termenung menatap bangku
taman di atap RS. Sepertinya bangku itu mengukir kenangannya bersama Jin Woo.
Jin Woo datang dan tersenyum memanggilnya. Soo Wan menoleh tanpa membalas
senyuman Jin Woo.
**
Mereka berdua akhirnya duduk di
bangku taman itu. Soo Wan mengatakan ini (bangku) dimana pertama kalinya ia
melihat Jin Woo. Jin Woo mengingatnya, saat itu Soo Wan menatapnya seperti
tatapan itu. Soo Wan tersenyum tipis dan bertanya apa kau tahu itu? lalu
mengatakan Jin Woo pria pertama yang ia lihat setelah ia kembali bisa
melihat.
“Aku merasa seperti akulah yang
kedua, aku tidak akan punya kesempatan itu. Ini melegakan, kalau aku orang
pertama yang kau lihat.” Ujar Jin Woo senang. Lalu melanjutkan “Tapi, pada anak
anak, kau sudah bermain sangat keras untuk waktu yang lama. Aku akan membayar
untuk semuanya setelah kita menikah.”
“Aku pikir kau akan melakukannya
dengan orang lain.” Jin Woo tidak mendengar dengan jelas apa yang Soo wan
katakan. Soo Wan terus berujar, setelah aku membuka mataku, orang pertama yang
ingin aku lihat. Bukan kau, tapi aku menunggu orang lain..
“Aku tahu. Apa kau pikir aku tidak
tahu pria yang tidak pernah aku ketahui itu? Itu semua masa lalu. Tidak,
kenangan adalah bagian dari dirimu juga. Aku hanya menyukaimu apa adanya, itu
saja.”
Soo Wan mengatakan itu bukan masa
lalu. Jin Woo menegur Soo Wan. Soo wan berujar ia terus mengatakan kalau itu
masa lalu, itu hanya kenangan. Aku bahkan berpikir itu adalah mimpi, yang tidak
aku pahami.. Aku terus mencoba menghapus mereka semua. Jin Woo bilang itu cukup,
supaya Soo Wan berhenti berkata yang tidak-tidak. Namun Soo wan terus mengatakan
ia tidak bisa menghapus mereka. Aku tidak melupakan mereka.
“Yoon Soo Wan, kau sekarang—“
“Waktu itu, kenangan itu, semua
itu... Mereka adalah... (Soo Wan memegang dadanya) Mereka tertahan disini, jadi
aku tidak bisa melepaskannya. Aku tidak bisa melepaskan diri dari mereka. (Soo
Wan tertawa kecil) Itulah aku...Itulah aku, tapi apa kau tidak apa apa dengan
itu?”
“Pelan pelan saja, kau bisa menghapus
mereka bersamaku. Aku akan menolongmu untuk membebaskan diri dari hal itu. aku
akan menolongmu!” Jin Woo berusaha meyakinkan Soo Wan. soo Wan bilang ia tidak
ingin membebaskan diri dari mereka.
“Apa itu yang ingin kau
katakan?”
“Aku tidak bisa melakukan seperti
yang kau harapkan, aku tidak melepaskannya.” Air mata soo Wan berderai dengan
indahnya
“Tidak. kau bisa.. Kau bisa datang
padaku. aku baik baik saja!”
“Aku bahkan belum mengatakan aku
minta maaf. Aku minta maaf.” Soo Wan lalu mengambil kalung pemberian Jin Woo dan
mengembalikannya kepada pemiliknya. Soo Wan berdiri meninggalkan Jin Woo.
Jin Woo berdiri dan memanggil Soo Wan
“Yoon Soo Wan! Orang itu... Pemilik kalung peluit itu... Apa dia sudah
kembali?”
“Tidak. Hanya saja aku sudah tahu isi
hatiku sekarang.” Soo Wan menjawab tanpa menoleh sedikit pun.
Ia pun pergi meninggalkan Jin Woo
yang terpaku mendengar penolakan darinya. Jin Woo hanya bisa melepas kepergian
Soo Wan tuk sementara waktu. Ia menatap sedih kalung yang ia beli special hanya
untuk Soo Wan.
-Bersambung k bagian 2-
Note : Piku menyusul
Note : Piku menyusul
Komentar :
Hmm Min Soo aja tahu kalau itu sangat
mudah saat melihat jejak ban mobil itu. Tapi kenapa atasannya bilang itu sulit
ya? Sepertinya ia terlibat bersama dalam menutupi kasus ini deeh.
Siapapun dalang di balik kecelakaan
ibu DJ, pastinya ia orang berpengaruh serta berkuasa. Atau juga kenalan orang
besar atau atau salah satu reader kali ya????
hahhahahahhaa
Anda menuduh saya ya??
BalasHapusHahahha
Hahhahhaa
BalasHapusTanpa campur tgn detektif Kim pun akhirnya kthuan siapa pelaku tbrak lari itu..
Trnyta ada niat trslubung dlm hati si pelaku (Neng F) agar bs berduaan dgn DJ young.. ckckckckkc
Motif apa modus ini yak???
\(°√°)/
Kemungkinan org yg dekat dengan ayah Soo Wan
BalasHapusYg pasti sesama dktr.. jwabnnya ad d ep 10.. ^^
HapusMbak aNNa q nanti part 2 nya....gomawo
BalasHapusUdah tp no piku. ^^
Hapusjin woo kamu ma aku aja ya??? #berharap... boleh gag unii?
BalasHapusBoleh.. ^^
HapusDr. Oh menyebalkn..ªķu̶̲̥̅̊ benciiii...
BalasHapusBaru sempet baca lagi ;)
BalasHapusKnp xde pic?? Mula2 jew ade..
BalasHapusMana pic ny? Jd ga asik bacanya
BalasHapus