Selasa, 03 Juni 2014

[Sinopsis] ANGEL EYES Episode 9 Bagian 1


Note : Mian chingu, aNNa telat posting episode 9 ini..  Plis di maafin ya, ^^


~ Episode 9 ~


Dong Joo memeluk erat Soo Wan di bawah guyuran hujan. Ia tahu rasa sakit yang Soo Wan rasakan sekarang. Hanya pelukan yang bisa menenangkannya di saat seperti ini. Sementara Ji Woon yang melihat semuanya itu tak dapat menutupi rasa sakitnya. Walaupun Soo Wan sudah menolaknya tapi saat hujan turun, kenangan saat bersama Soo Wan menuntun Ji Woon membawakan payung untuk Soo Wan. Namun bukan pemandangan seperti itu yang ingin ia tonton. Ia begitu terluka dan kecewa melihat kejadian tadi. Wanita yang sangat ia cintai dan rekan kerja yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri, ternyata saling mencintai.  Dan yang paling menyiksa batinnya adalah Dr Dylan ternyata adalah Park Dong Joo, cinta pertama Soo Wan yang sampai detik ini tak pernah ia lupakan. Payung yang ia bawa pun tidak ada fungsi lagi.

Dengan perasaan terluka, Ji woon berjalan menyusuri trotoar. Ia teringat akan kata-kata Dylan yang mengatakan ia bertemu dengan cinta pertamanya itu ketika ia berusia 18 tahun. Dylan tidak tahu apakah hubungan mereka sudah berakhir ataupun belum berakhir. Kata-kata Soo Wan pun terngiang dalam ingatannya. Disini, mereka terjebak disini. Dan aku tidak bisa melepasnya.  Aku tidak bisa menghilangkan mereka.


Kenangan Soo Wan akan cinta pertamanya tidak membuat cinta Ji Woon mundur selangkah pun. Ia tulus mencintai Soo Wan walaupun di hati Soo Wan sudah ada orang lain. Air matanya berderai menyatu dengan derai air hujan yang membasahi pipinya. Derasnya air hujan mungkin dapat menutupi air matanya yang berderai namun tak dapat menutupi perasaannya yang hancur. Setidaknya Soo Wan waktu itu, jujur mengatakan orang itu (cinta pertamanya) sudah kembali mungkin hati Ji Woon tidak sesakit ini. Orang yang selalu ia impikan ada di masa depan bersamanya dan menghabiskan sisa hidup bersamanya, mencintai rekan kerjanya yang sangat ia kagumi. Kegalauan pun menimpah hidup Ji Woon, semoga tak berabad-abad lamanya. Poor JW


Dong Joo membantu mengeringkan rambut Soo Wan dengan handuk. Soo Wan termenung, ia mengatakan ini sangat menyakitkan melihat dia tetap tersenyum. Ini sangat menyakitkan sampai aku tidak bisa mengatakan apa apa. Kenapa dia hanya tersenyum seperti itu, aku tidak tahu apapun dan hanya saja cerita mu, cerita kita, akan menyiksaku jika aku tidak memberitahunya. Dia mungkin menunggu sejak setahun yang lalu. Memesan restoran dan menyiapkan hadiah. dia mungkin melakukan itu.


“Dia bilang hari itu lebih berharga daripada ulang tahunku dan lebih spesial dari natal... Ya, itu apa yang dia katakan.”

“Oh begitu....”

“Tapi, Dong Joo... Aku benar-benar lupa dengan perasaan apa yang dipunya dia. Makan makanan dengannya, aku tidak bisa membayangkannya. Aku ingat ini terlalu terlambat dan aku terlalu terlambat merasa menyesal. Kau tahu apa yang lebih tidak dipercayai? Yaitu sangat melegakan aku masih bisa melihatmu yang tetap menungguku. Itu sangat melegakan bagiku. Dong Joo, aku... Aku orang yang jauh lebih buruk dari yang kau pikirkan dan yang bisa kau bayangkan.” Ujar Soo Wan sedih


“Sebelum aku kembali padamu, aku bertanya pada diriku berkali-kali. Park Dong Joo, apa ada yang membuatmu lebih baik dari Dokter Kang Ji Woon? Keluarga yang baik, Orang tua, Uang, dan nama baik --- Tidak ada yang lebih baik dari Dokter Kang.” Soo Wan menggelengkan kepala mendengar kata-kata Dong Joo. “Bahkan setelah kembali padamu, aku memikirkan itu berkali kali. Kau mempunyai waktu yang sulit karena aku, Dan kau menangis seperti ini setiap hari. Park Dong Joo, apa yang bisa kau lakukan? Tidak ada. Aku benar-benar tidak punya sesuatu yang baik untuk ku tunjukkan padamu atau sesuatu yang bisa aku lakukan untukmu. Aku hanya pria yang menyedihkan.” Soo Wan kembali menggelengkan kepalanya.


Dong Joo yang tadinya berbicara sambil menunduk, mengangkat wajahnya dan menatap Soo Wan. “Aku orang yang jauh lebih buruk dari yang kau pikirkan dan yang kau bayangkan, Soo Wan. Tapi aku masih terus serakah untuk mendapatkanmu, dan tidak mau membiarkanmu pergi. Jadi aku orang yang jauh lebih buruk kan?” Dong Joo lalu memegang tangan Soo Wan.
“Didepanku, tidak apa-apa kalau kau menangis karenanya. Bahkan jika kau terluka, itu tidak apa. Kita berdua benar-benar merasa bersalah padanya. Tapi sebaliknya, kita jangan saling bersalah terhadap satu sama lain. Oke?” Dong Joo menyeka air mata Soo Wan yang terus berderai. Ia menatap Soo Wan dalam, dan meyakinkannya dengan tatapannya.

Sesampainya di rumah, Ji Woon menaruh kotak cincin itu begitu saja di atas buffet. Lalu duduk merenungi nasib cintanya. Wajahnya yang tampan terlihat terluka. Hujan yang turun pun semakin deras, seakan ikut menangis merasakan perasaan Jin Woo yang hancur luluh.


Paginya, Ji Woon membersihkan tubuhnya. Ekspresi wajah Ji Woon saat itu menunjukan ekspresi yang tidak ingin di kalahkan begitu saja. Matanya yang berbinar penuh kehangatan telah pudar. Usai membersihkan dirinya, Ji Woon yang sudah mengenakan setelan lengkap pun memakai dasinya. Ia menatap tajam ke cermin. Wajahnya yang tampan dan hangat, sekarang berubah menjadi wajah yang dingin. Sementara Soo Wan masih terlelap di asrama 119, rupanya ia tidak pulang semalam.

Dr Oh mengantar Dr Yoon pulang ke rumah. Sepertinya mereka tidak pulang dari semalam. Sebelum Dr Yoon turun, Dr Oh menanyakan tentang ibunya Dylan. Kau bilang kalau dia korban tabrak lari dari 12 tahun yang lalu kan? Dr Yoon hanya menganggguk saja. Dr Oh kembali bertanya, matanya di transplantasikan ke Soo Wan, itu artinya mata itu miliknya? Dr Yoon kembali mengangguk. Mungkin, apa kau ingat? Nama pasien itu? Dr Yoon berat menjawab, ia memilih diam saja. Dr Oh pun meminta Dr Yoon jangan di pikirkan, apa gunanya ia mengetahui itu. (Loh yang kepo sendiri sih)
“Seseorang pernah berkata kalau teman itu saling berbagi rasa sakit. Aku ini temanmu. Aku orang yang selalu mendengar ceritamu.”
“Young Ji...”
“Hanya saja, ingatlah kalau kau masih punya teman untuk bercerita.”

Dr Yoon pun turun. Sesampainya di depan gerbang, ia berbalik menatap Dr Oh. Ia tampak memikirkan masalah yang ia hadapi, ia ragu. Namun Dr Oh tersenyum meyakinkan sahabatnya itu. Sebagai sahabat yang sudah mengetahui rahasianya, ia harus memberi semangat buat Dr Oh agar tetap menjalani hidup dengan baik.


Dr Oh memakirkan mobilnya di pinggir jalan, ia menghubungi seseorang. Entah siapa yang di telponnya, wajahnya tampak penuh dengan rahasia. Sepertinya ia sangat dekat dengan sang penerima telpon. Ia meminta tolong orang itu menyelidiki Dylan Park. Nama koreanya Park Dong Joo. Usai menutup telpon, Dr Oh menatap tajam ke depan.


Teddy sedang bercakap-cakap dengan Dong Joo. Petugas Ki dan Ketua pemadam datang. Petugas Ki menanyakan dimana Ddol besar (Ddol : si bodoh. Di tujukan pada Soo Wan). Teddy menjawab Soo Wan bilang dia mau tidur di ruang shift malam dan menyuruhku untuk membangunkannya, tapi aku lupa. Petugas Ki dan Ketua mencibirnya. Dong Joo pikir Ketua Yoon bekerja sampai subuh. Jadi pagi ini, Teddy dan ia yang akan bertugas. Teddy senang karena ia tidak akan membangunkan Soo wan lagi. Mereka pun harus pergi karena ada panggilan darurat. Petugas Ki memuji Dong Joo seperti seniman con, orang yang terlalu sempurna. Setengah becanda, petugas Ki mengakui dirinya terkecima dengan Dong Joo. hehehe

Seorang gadis remaja tak tahan dengan rasa sakit yang menderanya. Teddy memasang alat di tubuhnya. Tekanan darahnya 140/80, Denyut nadi 110. Tidak ada masalah yang serius. Dong Joo yang sedari tadi memandang pasien yang terlihat  tak tahan dengan rasa sakitnya pun bertanya, apa bahumu sebelah sini memang pernah diskolasi sebelumnya?
“Ya... itu sangat sakit..” ujar gadis itu pelan
“Dia sangat kesakitan karena diskolasinya. Aku akan mencoba membetulkan tulang belakangnya ditempat ini.”


Sang ibu pun mempersilahkan Dong Joo melakukannya. Disini? Teddy meminta pasiennya jangan khawatir, karena Dong Joo ini seorang Dokter. Dong Joo pun membantu gadis itu berbaring dengan perut dibawah. Lengan gadis itu di tarik lurus ke bawah. Kemudian Dong Joo meminta sang gadis menarik nafasnya. Dalam hitungan ke 2, Dong Joo menekan bahu gadis itu naik ke atas. Gadis itu meringis kesakitan. Dong Joo lalu meminta gadis itu duduk dan menggerakkan tangannya. Tangan sang gadis sudah baikan namun wajahnya terlihat masih loyo. Dong Joo meminta sang gadis mengatakan "eeee". Mulut sang gadis masih terkatup. Coba bilang "ahh". Setelah membuka lebar mulutnya, Dong Joo melihat kalau satu sudut dimulutnya lemah dan ada luka di lidah. Dia mungkin akan mulai kejang-kejang dan pendarahan otak. Dong Joo pikir, ia harus ikut dengan mereka ke rumah sakit dan diperiksa secara menyeluruh. Sang ibu pun mengiyakan. Sementara Teddy terkesima melihat aksi Dong Joo.


Sesampainya di RS, Dr Kim melihat bahu sang gadis. Sepertinya baik-baik saja. Teddy tampak bersemangat. Semua karena Guru Dylan-nya itu adalah seorang Dokter. Di tempat kejadian, doa membetulkan bahu anak sekolahan ini dan menempatkan tulangnya lagi ke tempat semula. Dr Yoon pun ikut memuji Dong Joo. Sejak Dokter bekerja sebagai petugas penyelemat, ada manfaat yang besar untuk pasien..


“Tapi pasien ini selain diskolasi dibahunya, aku menduga ada epilepsi nonturnal. Kau perlu melakukan X-ray dan melakukan tes darah..” ujar Dong Joo. Namun kata-katanya di potong oleh Ji Woon yang tiba-tiba muncul. “Aku pikir itu perintah dokter UGD”. Dong Joo menoleh dan membenarkan. Ia terlalu terbawa suasana tadi. Lalu meminta tanda tangan Dr Kim sebagai dokter yang bertindak menangani pasien tadi namun Ji Woon yang akan melakukannya. Sikap Ji Woon barusan sontak membuat heran Dr Yoon dan yang lainnya. Usai menanda tangani berkas itu, Ji Woon mengajak Dong Joo minum bersama. Dong Joo mengiyakan. Terlihat kecanggungan di antara mereka. Tidak ada lagi kehangatan di antara mereka.

Setelah kepergian Dong Joo, Ji Woon meminta kepada anak buahnya. Mulai sekarang hubungi ia terlebih dulu kalau Departemen Pemadam Kebakaran Seyoung datang ke sini. Terutama untuk bantuan medis dari Dr Park Dong Joo atau pengobatan ditempat, laporkan semua padanya. Trio sok tahu merasa heran dengan sikap Ji woon. Bukankah meraka berdua dekat. Dr Kim berujar lebih dari dekat malah, tapi sepertinya tadi suasananya canggung. Perawat Yoon tahu alasannya, kenapa Ji Woon begitu karena Dr Dylan tidak kembali ke UGD tapi dia malah bekerja untuk 119. Dr Kang, sangat kecewa dan marah padanya. Kata-kata perawat Yoon pun mendaptkan pujian dari kedua rekannya.


Soo Wan bersiap pulang. Ia mengajak Dong Joo pulang bersama namun Dong Joo mengatakan ia ada janji dengan seseorang. Dan kita tahu seseorang itu adalah Ji Woon. Mereka berdua minum-minum, Ji Woon tanya apa Dong Joo sudah mendengar sesuatu yang disebut cinta monyet. Dong Joo berujar apa maksud Ji Woon cinta anak muda?

“Cinta yang kekanakan, cinta yang cepat berakhir ketika kau masih muda, itulah cinta monyet. Tidak tahu apa itu hanya fantasi kekanakan dan karena itu orang pertama yang dicintainya. Kau akan lebih membencinya atau malah punya perasaan yang sangat lebih padanya.” Ji Woon meneguk minumannya
“Hanya karena itu cinta pertamamu, tidak berarti kalau itu semua kekanakan. Ketika mereka terpisah. Ketika mereka saling merindukan. Tidak. Tanpa membiarkan waktu berlalu, cinta itu nyata. Apa kau pikir cinta itu memang nyata?”


“Dylan apa yang kau pikir yang akan kau lakukan?” Dong Joo menoleh “Jika cinta pertama dari wanita yang akan kau nikahi tiba tiba muncul lagi dan orang itu membuat dia goyah?” Mendengar perkataan Ji Woon, Dong Joo menegurnya. Ji Woon merasa aneh, namanya Park Dong Joo tidak cocok dimulutnya. Sejujurnya, ia berpikir ia lebih menyukai ketika kau adalah Dylan. Dong Joo ingin mengatakan sesuatu walau sepertinya Ji Woon sudah tahu.


“Meskipun aku mungkin sudah tahu, aku harus memastikannya. Kalung peluit yang ada dileher Soo Wan... Apa kau yang memberikan itu padanya?” Dong Joo mengiyakan. “Kenapa kau berpura-pura tidak mengenalnya dari awal?” Dong Joo mengatakan ia tidak mau membuat kesulitan lagi untuknya. Ji Woon terlihat kesal, lalu kenapa kau merubah pikiranmu? Dong Joo menjawab untuk menipu orang dan menutupi semuanya. Orang itu... bukan, aku dengar kalau itu bisa membuat Soo Wan lebih terluka. Jin Woo tertawa getir mendengar nama Soo Wan di sebut.
“Ketika aku 18 tahun dan dia 19 tahun. Soo Wan dan Dong Joo adalah nama yang sering kami panggil tiap hari.”
Ji Woon terlihat marah. “Hal seperti cinta pertama, ada untuk semua orang. Tidak mengubunginya selama 12 tahun, lalu tiba-tiba datang dan melakukan ini, apa ini tidak lucu?”


“Cinta pertama mungkin kekanakan bagi seseorang. Tapi bagi orang lain, itu bisa menjadi sesuatu yang tidak bisa dilupakan selama hidup mereka.” Selama ketika kau menghilang tanpa jejak, orang yang selalu berada di sisi Soo Wan adalah aku. Ji Woon meminta Dong Joo kembali. Dong Joo bilang ia tidak bisa melakukan itu. Lalu melangkah pergi. “Apa kau ingat... apa yang kau katakan padaku ketika kau pergi?” Ji Woon berdiri mendekat. “Kau menyuruhku melindunginya sampai akhir kan?” Ji Woon langsung melayangkan kepalan tangannya mengenai wajah Dong Joo. Dong Joo terhempas. Ji Woon mengatakan ia pasti akan melindungi Soo Wan. Lihat saja nanti.

Soo Wan keluar rumah menemui Ji woon. Saat membuka pintu gerbangnya, Soo wan heran melihat Ji Woon duduk termenung di depan pintu. Soo Wan jongkok dan tanya kenapa Ji Woon seperti ini disini ? ji Woon menatap Soo wan namun pandangannya beralih ke kalung peluit pemberian Dong Joo kepada Soo wan. Ji Woon berniat menyentuh kalungnya, namun Soo wan menutup kalungnya dengan tangan. Kemudian ia berdiri, melihat itu Ji woon bertambah terluka.
“Orang seperti apa dia? Aku benar benar penasaran. Akhirnya rasa ingin tahuku hilang.”
“Ji Woon...”

 

“Aku... Akan mencoba mencurinya. Kursi pertama dihatimu itu. Aku akan mencurinya dari orang itu.” Soo Wan meminta Ji Woon jangan melakukannya. Ji Woon berdiri dan mengatakan tidak ada yang akan berubah. Ia sudah bilang ia akan menunggu. Menunggu, sesuatu yang sangat bisa ia lakukan. 


Dong Joo minum-minum sendirian di warung tenda. Tiba-tiba Min soo muncul. Ia mencibir, sekarang bahkan orang yang kembali dari Amerika menelponnya juga. Dong Joo mengatakan hanya Min Soo orang yang ia kenal di Korea yang bisa ia hubungi dijam segini. Min Soo mendesah tak percaya. Lihat saja nanti kondisi bibirmu. Aku bisa memberitahumu apa yang akan terjadi. Dong Joo berujar hal yang baik Min Soo menjadi seorang detektif. Min Soo langsung bertanya jadi kenapa kau membuang waktu dan membiarkan mu dalam situasi ini?
“Aku akan memberitahunya... Semua alasan ini. Bahkan jika Kang Ji Woon bukan pria yang layak menerima ini, tapi tidak akan ada berubah nanti. Apa ini alasan juga?”

“Park Dong Joo, aku tidak bisa berada dipihakmu dalam masalah ini.” Dong Joo tampak terkejut. Melihat itu, Min Soo tanya apa Dong Joo kacewa? Dong Joo tidak tahu tentang orang lain, tapi ia berpikir Min Soo akan berada disisi Soo Wan dan dirinya. Min Soo mengatakan sebagai orang yang mengetahui semuanya sampai sekarang. Ia netral. Ia bukan hakim. Ia juga tidak memiliki kekuatan apapun sebagai pengamat atas hubungan cinta antara seorang pria dan seorang wanita.
“Boleh aku tahu alasannya?”

“Aku tahu kalau ini adalah takdir kalian berdua. Tapi takdir pada pandangan pertama bukan satu satunya takdir yang berharga. Kalian bertemu, bertengkar dan ketika kalian hidup, kau melihatnya sebagai takdir. Apa tidak ada takdir yang seperti itu juga?” Min soo mendesah. Lalu berkata orang yang membuatnya sadar adalah Dr Kang.
“Dia itu pria yang baik. Jadi aku pikir melegakan. Tapi sekarang benar benar... Ini sulit.”
Min Soo menenangkan Dong Joo. Tapi tetap saja, kau orang yang pantas untuknya. Hati Soo Wan adalah untukmu. Dong Joo hanya bisa mendesah saja. Ia tahu saat ini, hubungan mereka berdua sangtlah suit. Ia tidak mau menyakiti Ji Woon namun ia juga tidak mau menyerah dan menyakiti hati Soo wan tuk kedua kalinya.
Ji Woon pulang. Ia tampak tak ada semangat hidup. Ia duduk dan termenung. Ia teringat akan perkataan Dong Joo dan perkataannya kepada Soo Wan. Air matanya pelan-pelan mengalir keluar. Sementara Dong Joo yang habis mandi. Ia termenung di depan cermin. Kemudian ia menghapus cermin yang terkena uap air, ia menatap wajahnya yang terluka karena pukulan Ji Woon.


Dong Joo beralih ke dapur, ia menyiapkan sarapan buat dirinya dan Hye Joo. Hye Joo memperhatikan bibir kakaknya yang terluka. Apa pemadam kebakaran berjuang seperti polisi? Tentu saja tidak, ujar Dong Joo. Lalu menanyakan sebantar Hye Joo akan bermain ke mana. Hye Joo mengatakan ia tidak akan bermain tapi ia  mau mencari pekerjaan hari ini. Dong Joo malah meminta Hye Joo jangan melakukannya dan bermainlah saja. Sebab adiknya ini tidak pernah istirahat dari pekerjaan paruh waktu sebelumnya. Hye Joo malah mengingatkan Dong Joo, apa yang ibunya katakan.


“Orang yang tidak bekerja tidak boleh makan.” Hye Joo lalu berujar jika aku melihat, ada sesuatu yang sempurna dariku, sangat menyenangkan kalau bermain, tapi aku ingin dibayar untuk melakukan itu. Bukankah ada pekerjaanan paruh waktu di suatu tempat? Ia kemudian meneguk susunya, dan meninggalkan bekas di sudut bibirnya. Dong Joo pun mengambil tissu dan membersihkan sisa susu itu. (Sangat mengagumkan punya abang kayak Dong Joo. Ia sangat menjaga adiknya, ia tidak mau adiknya terlalu cape dan mengakibatkan penyakitnya kambuh lagi).

Petugas Ki bingung karena pengasuh yang merawat Jin Mo tiba-tiba berhenti. Ia sedang mencari seseorang wanita yang bisa mengurus anak-anak. Lebih tepatnya, ia membutuhkan seorang baby sitter. Dong Joo mengatakan Hye Joo pernah melakukannya sejak SMP sewaktu di Boston. Teddy terperanjat kaget mendengarnya. Mendengar itu, Kepala pemadam mengatakan kepada petugas Ki, jawabannya baru saja turun dari surga. Teddy langsung semangat. Salah satu petugas pun mengatakan jika penjaganya adik Dong Joo pasti aman. Namun petugas Ki bertanya-tanya dalam hatinya. Apa gadis gila yang sembrono itu bisa membuat pikiranku aman? Kemudian ia bertanya pada Dong Joo, apa adikmu akan benar benar bisa membantu? Dong Joo tidak tahu. Tapi ia bilang ia mau mencari pekerjaan paruh waktu. Dan tentu saja yang paling bersemangat menyakinkan petugas Ki adalah Teddy. Secara ia mau berdekatan ma Ellie-nya. ^^
Tanpa mereka sadari, Soo Wan mendengar percakapan mereka. Dan juga melihat bekas luka di sudut bibir Dong Joo.

Dong Joo sedang memeriksa berkas di ruangannya. Soo Wan menelpon dan mengatakan ia butuh solusi medis dari Dong Joo. Dong Joo menanyakan pasien seperti apa dia? Tanpa ia sadari Soo Wan yang berada di depan ruang kerjanya.  Ada pria berusia 30 tahunan yang habis bertengkar. Ada memar di wajahnya, pembengkakan di sekitar dagu, dan Aku menduga ada pendarahan oral.
“Aku pikir beberapa salep dan plester bisa mengobatinya.” Soo wan tersenyum lalu mengetuk kaca. Dong Joo menoleh, ternyata soo wan mengerjainya. Ia tertawa namun lukanya sakit. Soo Wan tersenyum dan menunjuk kamu ketahuan. ^^


Soo Wan akhirnya mengobati luka Dong Joo. Ia tahu pasti luka ini terjadi karena Dong Joo bertemu dengan Ji woon kemarin. Dong Joo kaget bagaimana Soo Wan bisa tahu. Melihatmu seperti ini, bagaimana bisa aku tidak tahu? Dong Joo membenarkan kata-kata Soo Wan. Soo Wan berniat membalut luka Dong Joo dengan plester namun Dong Joo menolaknya.
“Apa kau ingin aku mengumumkan kalau aku dipukul? Ada suatu yang fatal bagi seorang pria.”

“Jadi memang benar kau dipukul.” Ujar Soo Wan. Dong Joo tersenyum mendengarnya. Ia setengah protes kenapa ada banyak kekerasan kalau disekitar Yoon Soo Wan? Soo Wan tanya siapa yang memukul Dong Joo lagi. Dong Joo mengatakan Detektif Cha. Soo Wan tertawa tak percaya.


“Kau dipukul oleh Min Soo? Dia benar benar tidak bisa diajak bercanda, apa kau baik baik saja? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?”
“Aku pernah dipukul dengan sangat kuat sebelumnya.” Soo wan tanya kapan. Dong Jomengatakan ditampar Yoon Soo Wan. Soo Wan jadi tak enak, ia pun meminta maaf. Tapi saat itu, Dong Joo layak mendapatkannya. Apa itu sakit? Dong Joo jujur mengatakan tentu saja sakit. Tapi itu sangat sangat melegakan. Aku hampir mengucapkan terima kasih telah memukulku. Aku juga merasa itu seperti kemarin. Soo Wan merasa tak enak. Dong Joo malah menenagkannya. Tidak apa-apa. Kemudian terdengar panggilan pengiriman pasukan darurat! Soo Wan pun pamit pergi.

Tim 119 pun menuju TKP. Di atap sebuah gedung, tampak seorang pria berniat melakukan usaha bunuh diri. Ternyata pria itu sudah pernah melakukan usaha pencobaan bunuh diri sebelumnya. (Kalau tidak salah di episode 4). Ia meminta jangan ada yang mendekat, ia benar-benar akan mati! Soo Wan tanya apa ahjussi masih ingat dia? Tentu saja ajhussi masih mengingatnya. Apa tidak ada petugas penyelamat selain kau di kota ini? Ia mengusir Soo wan dan timnya pergi. Ia tidak akan tertipu kali ini. Ia benar-benar akan mati! Namun tiba-tiba angin sedikit kencang membuat keseimbangan ahjussi jadi goyah.


Tim 119 sudah menyiapkan perlengkapan berupa spoon besar di bawah. Soo Wan berusaha membujuk ahjussi. Petugas Ki tak tahan lagi, ia meminta ahjussi itu turun. Disini berangin dan benar-benar berbahaya disini! Si ahjussi pun menurut. Saat menunduk, tiba-tiba angin kencang membuat tubuhnya jadi terangkat. Sontak membuat Soo Wan dan petugas Ki berlari menarik kakinya.


Tubuh sang ahjussi sudah bergantungan, untung Soo Wan berhasil memegang kakinya. Dan petugas Ki menahan Soo Wan dari belakang. Si ahjussi ketakutan dan meminta Soo Wan menyelamatkannya. Namun Soo Wan tak kuat lagi menahan beban berat, badan ahjussi sangatlah gemuk sehingga. Akhirnya mereka bertiga terjatuh. Tim 119 terperanjat kaget melihat itu. Untungnya mereka mendarat tepat di atas spoon balon yang sudah di siapkan.


-Bersambung ke bagian 2-


Komentar :
aNNa hanya bisa meminta maaf kepada chingu semua. Mian ya chingu,  lama bangetzz aNNa memposting sinopnya. Kalau bisa jujur, aNNa masih ga mood nulis sinop AE. Ga tau kenapa. Hmm mungkin lagi kecantol ama Dr Park hoon di DS kali ya.. hhehee forget it ya chingu... ^^
Okeyy, hmmm aNNa mau komen apa ya kok tiba-tiba jadi lupa sih. Pokoknya serba salah juga ya kalau berada di posisi Dong Joo. Namun ia harus mengingat perjuangan cinta Soo Wan donk. Selama belasan tahun, hati Soo Wan hanya di penuhi oleh kenangannya bersama Dong Joo. Kadang cinta itu egois, kadang juga cinta itu bertindak kekanak-kanakan namun mau cinta kekanak-kanakan atau pun egois sekalipun itu tetaplah cinta. Cinta harus berkorban, salah satunya memilih menjadi egois dan tidak mementingkan perasaan orang lain. Ya bagaimana pun itulah perjalanan dari cinta. Ya ampun aNNa udah ngawur ke mana aja sih?? Ckckkckckckk
#Mian kalau ada salah kata

7 komentar:

  1. Mksh mbkkk
    ...penasaran bnget sama episd 9 doctor strangrr..di tunggu lnjtan nya mbk

    BalasHapus
  2. Trimakasih mbak udah dilanjutin lg, nunggu bgt kelanjutannya

    BalasHapus
  3. Makasih udah bolak balik buka ni sinop akhirnya keluar jua...

    BalasHapus
  4. Iya nih mbk anna kok lma bnget posting nya...mskpun sya sdh lht film nya ttp msh nunggunin posting nya mbk anna..padahl q sdh bolak balik buka nih..tiap hari 2x mbk pagi har bngun tdur sma malm hr klo mau tdur..brngkali klo pahi g ada siapa tau malam nya ada..

    BalasHapus
  5. Semangaatt mba....di tunggu posting lanjutanyaa.. !!

    BalasHapus
  6. iya mbaa, gapapa kok lama update juga, yang penting dua duanya diterusin (doctor stranger sama angel eyes) wink wink. ga sabaaaar. ditunggu selalu pokoknya

    BalasHapus
  7. Mbk. Episode 8 ko tdk bs dibuka yaaa.
    Jd penasaran kelanjutannya... ditgg episode selanjutnya mbk...
    Mksh

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya chingu,,
habis baca di tunggu commentnya ya..
Hwaiting

 

Drama Oh Drama Template by Ipietoon Cute Blog Design and Waterpark Gambang