Jin Goo dan Seyoung resmi pacaran. Jin Goo menikmati saat-saat dimana ia bebas mengerjai Seyoung. Bahkan di kantor sekalipun. Jin Goo yang usil sengaja memprint foto mereka berdua saat Seyoung memprint tugas kantor. Bukan hanya satu lembar saja, tapi banyaknya pake bingits.
Oh my gosh, momennya kurang tepat. Jae Bum datang dan berniat membantu Seyoung. Seyoung pun kelabakan. Dan si usil Jin Goo harus lari terbirit-birit mencegah si Jae Bum-ssi melihat foto mereka. Rupanya mereka pacaran diam-diam (backstreet).
“Aku ingin menyombongkan Nona Piggy ke seluruh dunia. Tapi kehidupan cinta kami seperti sebuah film mata-mata.”
Setelah itu, Nona Piggy diam-diam menemui pacar usilnya. Ia memarahi pacar usilnya karena tidak berhati-hati. Eh malah dapat pelukan hangat dari pacarnya. Namun pelukan itu tak berlangsung lama. Ada seorang staf melewati pintu darurat, mereka berdua pun spontan memisahkan diri.
Seyoung memukul pundak Jin Goo. Kau harus menjaga rahasia. Jin Goo protes, kau membuatnya tampak seperti aku sekarat untuk cintamu. Kaulah yang menciumku dulu. Seyoung mengusulkan selama di kantor, mereka tidak boleh bertatapan mata. Jin Goo tidak terima. Bagaimana jika ada sesuatu yang ingin ia katakan. Jin Goo rasa cintanya masih bertepuk sebelah tangan.
Seyoung memintanya bersabar. Seyoung punya ide, jika Jin Goo ingin mengatakan sesuatu ia dapat memberi kode. Kodenya ‘Dang’. Jika mereka mengatakan itu, mereka bisa bertemu di sini (tangga darurat).
Jin Goo jadi frustasi. Jin Goo bertanya-tanya. Kenapa Seyoung terus mencoba untuk membuatnya rahasia? Apa Seyoung mau bertemu orang lain? Atau mau membalas dendam?
Seyoung beralasan tidak bagus kalau gosip mereka pacaran menyebar di kantor. Itu tidak nyaman. Itu saja, tanya Jin Goo. Seyoung mengiyakan. Jin Goo pun memeluknya. Dang, aku mencintaimu. Ah kebersamaan mereka bikin ngiri. LOL
“Rahasia ini baik-baik saja tuk sementara ini. Tapi suatu hari nanti, kita perlu mengatakan rahasia ini... untuk menjaga cinta kita.”
***
Track 11
[A Secret You Want to Tell]
Kwang Soo menelpon Da In. Walau berada di rumah, namun Kwang Soo bisa menebak apa yang Da In lakukan sekarang ini. Da In pasti sedang minum kopi sambil mendengarkan musik dan membaca. Da In tersenyum mendengarnya.
Kwang Soo lalu mengajak Da In berkencan. Cuacanya sangat bagus. Da In beralasan ia harus menjaga cafe dan harus menjemput Eun Suh. Namun Kwang Soo mengatakan Da In punya pekerja paruh waktu dan Da In bisa kembali nanti menjemput Eun Suh.
Karena Kwang Soo terus mengajaknya berkencan, Da In pun tak bisa menolak lagi. Namun Da In yang menentukan tempatnya. Tempat kencan mereka adalah restoran daging babi yang berubah menjadi kafe 2 lantai di Samcheongdong. Mereka pertama kali bertemu di lantai 2 kafe itu.
Alamak Kwang Soo tak mengingat tempat itu. Da In berkata jika Kwang Soo tidak ingat, mereka bisa pergi lain waktu. Kwang Soo ga mau acara kencan mereka batal. Ia pun berbohong mengingat tempat itu.
**
Kwang Soo bertanya pada Young Hoon. Di mana tempat pertama kali ia dan Da In bertemu. Namun Young Hoon juga tidak mengingatnya. Young Hoon meminta Kwang Soo menghindari pertemuan itu dengan mengatakan ia tidak bisa pergi karena sesuatu yang mendesak. Kwang Soo menolaknya saran Young Hoon.
Young Hoon menyuruh Kwang Soo menyerah saja. Ada lebih dari 1.000 kafe di Samcheongdong. Lagi-lagi ahjussi Kwang Soo tak mau. Young Hoon melanjutkan memanahnya, namun ia teringat akan sesuatu.
“Mereka bilang kau bisa mengingat kenangan melalui panca indera... seperti suara dan bau.”
“Panca indera?
“Ya. Otakmu tidak ingat, tapi tubuhmu bisa.” Nampak Kwang Soo memikirkan perkataan Young Hoon.
**
Saatnya makan siang. Jing Goo memulai memberi kode ‘Dang’ pada Seyoung agar mereka ketemuan. Jin Goo berpura-pura keluar dahulu karena ia punya janji. Seyoung pun bersiap-siap pergi.
Namun Jae Bum dan Go Eun mengajaknya makan siang bersama. Seyoung beralasan tidak nafsu makan karena makanan daging babi yang ia makan tadi pagi belum tercerna dengan baik.
Jae Bum kaget Seyoung makan kaki babi di pagi hari. Namun ia khawatir terjadi sesuatu sama Seyoung. Kau tidak apa-apa? Go Eun ikutan khawatir. Ia menawaran obat. Seyoung berbohong ia sudah minum obat pencernaan. Ia tidak apa-apa sekarang, jadi Jae Bum dan Go Eun bisa pulang. Mereka pun pergi. Seyoung merasa bersalah telah membohongi teman-temannya.
**
Sepanjang perjalanan, Seyoung yang takut ketahuan terus melihat ke belakang. Padahal Jin Goo sudah berjalan jauh. Melihat itu, Jin Goo menarik tangannya agar berjalan bersama. Seyoung mengajak Jin Goo makan bersama dengan Go Eun dan Jae Bum mulai sekarang.
“Kenapa?”
“Aku akan merasa lebih nyaman dengan cara itu.”
“Lihat, kan? Ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan.” Seyoung mengatakan jin Goo tahu bagaimana perasaannya (pada Jin Goo). Jin Goo mengiyakan. Ia hanya bercanda. Seyoung kan menyukainya. Seyoung membenarkan.
Jin Goo merasa ia benar. Ia melihat Seyoung berusaha sangat keras untuk mengesankannya dengan memakai heels dan semuanya (perubahan rambut, pakaian dll). Jin Goo mencandai Seyoung pendek. Seyoung menyangkalnya.
“Aku benar karena kau marah. Ini adalah misteri... bagaimana kau makan begitu banyak, tapi tidak tumbuh sama sekali.”
“Tidak, kau hanya seorang idiot tinggi.”
“Jangan bicara seperti itu padaku.” Jin Goo langsung mengapit Seyoung di ketiaknya. Ia mengacak-ngacak rambut Seyoung. Seyoung memberontak, ia meminta Jin Goo berhenti. Jin Goo pun melepaskan Seyoung.
“Ya ampun. Rambutku membutuhkan waktu 30 menit.” Seyoung merapihkan rambutnya.
“30 menit? Kenapa? Karena siapa? Aku?” ujar Jin Goo membuat Seyoung sebal. Ia berniat membalas mengacak-ngacak rambut Jin Goo tapi sayang sekali. Seyoung sangat pendek dan tak dapat menggapai kepala Jin Goo. Bahkan Jin Goo mengatainya pendek. Hahaha
Jin Goo kasihan sama pacarnya yang pendek itu. Ia lalu memberi Seyoung kesempatan tuk melakukannya juga (mengacak-ngacak rambutnya). Namun hanya 5 detik. Seyoung senang sekali. Jin Goo menunduk. Seyoung pun memulai mengacak rambut Jin Goo. Tapi waktunya cepat sekali, ia kurang puas. Sebagai gantinya, Jin Goo memeluk Seyoung.
**
Kaki Seyoung jadi lecet karena memakai heels terlalu lama (jalan kaki pula). Namun demi berjalan bersama Jin Goo, Seyoung ga mempermasalhkan kakinya. Jin Goo mengajak Seyoung makan di tempat ayam favorit Seyoung. Seyoung menolak. Ia lebih suka lapar daripada orang melihat mereka.
“Kakimu sakit.”
“Ya. Tapi aku lebih suka sakit daripada... orang melihat kita.”
Jin Goo tak tega melihat Seyoung yang kelaparan dan kesakitan. Ia pun menarik Seyoung pergi.
**
Sampailah mereka di kafe. Seyoung mengajak Jin Goo makan terpisah. Namun betapa terkejutnya mereka saat melihat Jae Bum dan Go Eun makan di sana. Mereka berdua berniat pergi diam-diam. Eh si Jae Bum tak sengaja melihat Jin Goo. Jin Goo!
Jae Bum pikir Jin Goo ada janji. Jin Goo berbohong janjinya dibatalkan. Seyoung nampak cemberut. Go Eun bertanya padanya. Apa perutmu baik-baik saja sekarang? Seyoung menjawab Jin Goo menyeretnya ke sini karena dia tidak mau makan sendirian.
“Ya ampun, bagaimana kau bisa melakukan itu ketika dia sakit? Kau seharusnya memanggil kita.” Ujar Jae Bum. Jin Goo pikir mereka berdua sudah selesai makan. Kemudian Jae Bum memberi Seyoung teh. Minumlah.
**
Mereka semua makan dengan lahapnya. Minus Seyoung. Ia hanya bisa menonton Jin Goo yang begitu menikmati makanannya. Jin Goo merasa kasihan. Ia menawarkan makanannya pada Seyoung. Jin Goo mengatakan tidak apa-apa, Seyoung juga bisa makan. Seyoung tergoda. Ia berniat makan namun Go Eun menarik makanan itu. Ia meminta Jin Goo berhenti menggoda Seyoung.
“Ya, ayo kita makan malam yang menyenangkan kalau kau sudah merasa baikan.” Ujar Jae Bum menenangkan Seyoung. Seyoung menurut. Tapi tidak dengan Jin Goo, ia sengaja membuat Seyoung ngiler. Hmm enak sekali. seyoung hanya bisa menelan ludah. Haha
**
Saat pulang, Jin Goo pamit duluan. Ada tugas yang harus di selesaikan. Seyoung jadi penasaran ke mana pacarnya pergi. Sesampainya di kantor, Seyoung membuka heels-nya. Ia bekerja sambil meremas kakinya yang sakit. Namun perut yang keroncongan terus berbunyi. Tiba-tiba Jin Goo menelpon.
“Apa?”
“Oh, dang.”
“Tidak ada ‘dang’.” Seyoung merasa kesal. Ia tidak bisa makan karena ulah Jin Goo. Jin Goo mengatakan benar-benar, ‘dang’. Seyoung membalas benar-benar, tidak ada ‘dang’. Jin Goo mengalah. Ia meminta Seyoung keluar.
**
Seyoung menurut. Saat ia membuka pintu ke tangga darurat, Jin Goo menyodorkan sebungkus hamburger kepadanya. Kau pasti kelaparan, kan? Seyoung mencibir Jin Goo bahkan peduli. Jin Goo meminta maaf. Kemudian Seyoung makan hamburger dengan lahapnya. Bahkan sampai belepotan.
Jin Goo tersenyum melihat wajah kekasihnya itu. Kau makan dengan baik, puji Jin Goo. Lalu ia membersihkan cream yang menempel di pipi gadisnya.
“Begini lebih enak.”
“Kau suka?”
Seyoung mengiyakan. Jin Goo merasa menyesal bertemu mereka di sana. Seyoung ingin mereka lebih berhati-hati. Kenapa kita tidak memberitahu mereka semua, tanya Jin Goo. Seyoung berkata tidak! Tidak, tidak akan pernah.
“Tidak akan pernah. Kenapa kau harus bilang ‘tidak akan pernah’? Kau akan mengatakannya suatu hari nanti.” Ujar Jin Goo. Seyoung dengan wajah merajuk mengatakan nanti saja.
Jin Goo lalu mengambil sesuatu. Ternyata ia membeli sebuah sepatu sport buat Seyoung. Pakailah ini. Kakimu kan sakit. Jin Goo berniat memakaikan Seyoung sepatu. Namun Seyoung merasa geli. Jin Goo meminta Seyoung diam.
“Lihat, kan? Kakimu bengkak. Kenapa kau memakai ini tanpa memberitahuku? Beritahu aku jika kau membutuhkan bantuan. Janganlah menderita sendiri. Itulah apa arti seorang pacar untukmu. Seperti bahu, untuk kau selalu bersandar. Nona Piggy. Kau bisa mengeluh di hadapanku. Dan mulai sekarang... kau bisa jujur di hadapanku. Kau merasa lebih baik?”
**
Rupanya Kwang Soo mengikuti saran Young Hoon. Ia memutar lagu lama di ponsel-nya dan menunggu bis di halte. Kwang Soo yakin tubuhnya akan mengingat tempat dimana pertama kalinya ia dan Da In bertemu.
“Jika aku mendengarkan lagu-lagu lama dan berjalan di jalanan yang lama... aku akan bertemu dengan Da In.”
Kwang Soo menaiki bis. Scene berganti ke Kwang Soo muda yang waktu itu juga menaiki bis dengan mendengar lagu di MP3-nya. Jalanan kota yang ramai dan hembusan angin membuat Kwang Soo benar-benar menikmati kenangannya. Perlahan-lahan ingatan Kwang Soo kembali. Ia ingat dimana ia turun waktu itu.
Kwang Soo berjalan menyusuri jalanan. Dinding tembok di penuhi dengan gambar grafiti yang cantik. Dan sampailah ia di kafe Coffee and Dessert. Kwang Soo pun masuk. Ia naik ke lantai 2, di sana sudah ada Da In yang menunggunya persis seperti waktu itu.
“Wow, mengingatkanku pada hari-hari tua yang baik. Benar, kan?” tanya Kwang Soo
“Pemiliknya masih ada disini.”
“Rasanya seperti 10 tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah. Ini juga. Tidak ada yang berubah. Hanya aku yang sudah berusia.” Seyoung mengangguk mengiyakan. Ia memuji Kwang Soo menemukan jalannya tanpa menelepon.
“Tentu saja. Aku mengingatnya dengan jelas. Kau juga duduk disana sebelumnya. Dengan mata besarmu. Aku ingat ekspresimu juga. Dan bagaimana kau bisa melupakan itu? Kita menunggu di sini sepanjang malam ketika bis terakhir yang tersisa waktu Christmas. Kita saling berpegangan tangan. Seperti ini. Sampai pagi, kan? Da In. Terima kasih. Untuk menemuiku hari ini.”
“Terima kasih untuk mengingatnya.”
Kwang Soo tersenyum bahagia. Ya, ia benar-benar bahagia sekarang ini. da In adalah kebahagiaannya. ^^
**
Ki Chan mencampur es krim dengan popcorn. Ternyata rasanya luar biasa enak. Min Goo yang sudah mencobanya berniat membuatnya untuk Bong Sook (Soo Ah). Ki Chan meminta Chang Hee mencoba juga. Namun Chang Hee sibuk dengan ponselnya.
Rupanya Chang Hee sedang mengstalk FB seseorang yang wajahnya mirip dengan Bong Sook. Ia menunjukannya pada Min Goo tapi Min Goo tak percaya itu Soo Ah. Chang Hee juga mengatakan gadis itu peniru. Chang Hee yakin itu Bong Sook alias Soo Ah. Gadis itu terlihat sama dengan Soo Ah. Coba lihat baik-baik.
“Hei. Memangnya dia sama? Rambutnya naik. Rambut Bong Sook halus. Matanya begitu beda, tapi mata Bong Sook jelas. Dia tidak begitu mirip. Apa kau bercanda.” Ujar Min Goo
“Ya. Ada begitu banyak orang yang mirip. Lihat. Dia tampak seperti Seo In Gook. Mata sipitnya. Tampak mirip dengan dia.” kata Ki Chan.
“Tidak. Dia berbohong kalau namanya adalah Soo Ah. Ini mencurigakan.” Ujar Chang Hee. Min Goo menjitak kepala Chang Hee. “Ya, brengsek. Kau tampak mencurigakan.” Ki Chan merasa kasihan pada Chang Hee. Ia menyuapinya ice cream tapi di tolak.
**
Rupanya Min Goo dan Soo Ah janjian bertemu. Saat melihat wajah Soo Ah, Min Goo tanya apa golongan darah Soo Ah.
“Aku? O.”
“Benarkah? Mengejutkan sekali.”
“Kenapa? Apa ada yang sama?”
“Tipe ideal. Dan aku tipe idealmu.” Soo Ah tersenyum mendengar candaan pacarnya itu. Min Goo lalu bertanya apa Soo Ah sudah makan? Mau aku belikan makanan untukmu?
Ternyata Soo Ah membuat sesuatu. Ia membawa bekal untuk Min Goo. Min Goo seakan tak percaya Soo Ah membuatkannya bekal. Min Goo benar-benar tersentuh. Min Goo mencoba masakan buatan Soo Ah. Enak sekali. Min Goo lalu menyuapi Soo Ah. Ia memuji Soo Ah makan dengan baik.
Tiba-tiba ada sebuah bola terpental mengenai bahu Soo Ah. Soo Ah kesal langsung mengumpati pria itu. Fuc*. Maafkan aku, ujar pria itu. Min Goo tanya apa Soo Ah baik-baik saja. Soo Ah mengiyakan. Ia pun pamit ke toilet. (hm jangan-jangan benar Soo Ah gadis di FB itu, tampangnya sangar dan menakutkan.)
**
Setelah kepergian Soo Ah, Min Goo shock. Ia seolah tak percaya Soo Ah begitu cerewet tadi. Min Goo teringat akan foto yang di tunjukan Ki Chan. Gadis itu benar-benar mirip seperti Bong Sook (Soo Ah). Tiba-tiba teman Soo Ah menelpon.
Kedua teman Soo Ah bergantian menelponnya. Foto kontak pertama, gaya anak metal. Foto penelpon kedua, gadis itu mengangkat jari tengahnya (fuc*). Min Goo jadi curiga.
Soo Ah pun kembali. Namun suasananya jadi canggung. Menutupi kecanggugannya, Soo Ah menyuruh Min Goo melanjutkan makan. min Goo menurut.
**
Kwang Soo menemani Da In menjemput Eun Suh di sekolah. Karena pulang kemalaman, Eun Suh pun ketiduran. Kwang Soo berperan sebagai calon ayah yang baik buat Eun Suh. Ia menggendog Eun Suh dan menggenggam tangan Da In. Modus lagi. hehe
“Dengan cara ini aku bisa memegang tanganmu.” Ujar Kwang Soo.
Sampailah mereka di halaman. Da In berniat menggendong Eun Suh karena sudah sampai tapi Kwang Soo lagi-lagi menolaknya. Ia kembali menggenggam tangan Da In
“Da In. Bagaimana kalau kita duduk di sana sebentar? Aku suka suara jangkrik.” Da In tersenyum tanda ia setuju.
**
Setelah duduk, Da In meminta maaf pada Kwang Soo. Tentang apa, tanya Kwang Soo tak mengerti.
“Karena menghilang seperti itu. aku begitu kejam terhadapmu. Aku selalu menyesalinya. Aku sangat minta maaf. Aku begitu tidak dewasa. Aku mengatakan semuanya tidak apa-apa demi kamu. Tapi aku kesepian dan stress.”
“Da In~na.”
“Jadi aku merasa jika aku menghilang... mungkin kau akan menyadari betapa kesepiannya kamu dan... tertekan. Aku sudah menyesalinya untuk waktu yang lama. Dan aku... mau minta maaf. Setiap saat. Aku benar-benar minta maaf. Aku akhirnya mengatakan itu.” kwang Soo langsung mencium pipi Da In. Da In kaget. Ia takut Eun Suh melihatnya.
“Terima kasih. Untuk kembali ke dalam hidupku.” Ujar Kwang Soo. Pelan-pelan Kwang Soo mendekat. Ia berniat mencium Da In tapi Eun Suh keburu bangun. hahaha
**
Kwang Soo memencet tombol 10. Da In heran melihat itu. Kwang Soo mengatakan ia akan melihat Da In pergi dan berjalan menuruni tangga. Da In tersenyum. Kwang Soo menggenggam tangan Da In. Da In berniat melepaskan tangannya. Takut melihatnya Eun Suh. Namun Kwang Soo tak mau melepasnya.
Lift pun berhenti di lantai 9, ibu berjalan masuk. Kwang Soo kaget. Refleks ia melepas genggaman tangannya.
~Bersambung ke bagian 2~
Komentar :
Waduh uncle Kwang Soo kok githu sih... Ga dewasa deh.. katanya ga akan melepaskan Da In lagi tapi kok cepat banget melepaskan genggaman tangannya. hahaha
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya chingu,,
habis baca di tunggu commentnya ya..
Hwaiting