Kamis, 10 Juli 2014

[Sinopsis] MARRIAGE WITHOUT DATING Episode 1-2

[Bagian 1, just click]




Dong Hoon terpesona saat melihat Kang Se Ah. Nalurinya sebagai player tiba-tiba muncul. Kecantikan dan keindahan tubuh Se Ah membuat Dong Hoon bergumam, wanita cantik yang ia lihat ini adalah takdirnya. Tapi tidak bagi Ki Tae. Sebagai seorang laki-laki tulen, Ki Tae malah tidak tertarik dengan kecantikan Se Ah. Hmm,, jangan-jangan ada yang salah sama Ki Tae. Masa sebagai laki-laki, ia ga terpesona sama Se Ah sih?

Dong Hoon mengatakan ia benci gereja tapi ia percaya pada Tuhan. Menurutnya, Se Ah itu mahakarya Tuhan. Ki Tae menjawab kalau Se Ah itu 'mahakarya'-nya. (Oh ternyata Se Ah pasien Ki Tae tow. Pantasan ia tidak tertarik, karena dirinya yang berperan membentuk tubuh Se Ah menjadi sempurna seperti itu).

Dong Hoon meminta Ki Tae mempertemukannya dengan Se Ah. Namun Ki Tae mengatakan Dong Hoon mengenal Se Ah kok. Dong Hoon merasa heran, ia mengenal Se Ah. Se Ah yang sudah berganti pakaian pun mendekat. Saat melihat Se Ah, Dong Hoon baru nyadar dan nganga tak jelas.

Se Ah pun mengikuti Ki Tae ke ruangannya. Dong Hoon tak percaya Ki Tae masih berpacaran dengan Kang Se Ah. Ia pun memotret kebersamaan Ki Tae dan Se Ah. Udah kayak stalker aja, LOL


Dengan baju setengah terbuka, Se Ah menunjukan bagian dadanya yang mau di operasi. Ki Tae mengatakan karena sel-sel induk akan meningkatkan sel-sel lemak. Jadi, ini lebih baik dari pada injeksi lemak autologus. Se Ah bertanya tidak perlu di perbaiki lagi. Ki Tae membalas tidak kalau Se Ah sudah puas. Namun Se Ah menjawab ia tidak suka ukuran payudaranya. Ia lalu meminta pendapat Ki Tae sebagai seorang pria (bukan seorang dokter).

“Payudara besar tidak trendi lagi sekarang.” Ujar Ki Tae berdiri. “Ukuran itu sudah proporsional dengan tubuh-mu. Itu adalah mahakarya.” Se Ah tersenyum dan memuji keterampilan bedah Ki Tae sangat bagus. Tapi, sayangnya Ki tae tidak punya peralatan cell-count. Se Ah pun mengundang Ki Tae ke RS-nya. Lalu kenapa Se Ah tidak operasi saja di RS state-of-art nya, tanya Ki Tae.

Se Ah membalas kalau ia tidak bisa mengoperasi dirinya sendiri. Lagian, Ki Tae ahli bedah terbaik ke-2 yang ia tahu. Ki Tae mengatakan ada ribuan dokter yang lebih hebat darinya. Ki Tae yakin banyak dokter yang hebat di RS Se Ah.

“Kau juga menyuruhku cari pria yang lebih baik darimu... 3 tahun yang lalu.” Ujar Se Ah berdiri. Ki Tae bertanya apa ia bilang begitu. Se Ah yang berniat pergi berbalik dan mengatakan mungkin itu diucapkan oleh pria lain. Se Ah pun pergi. hmm apa penyebab mereka berdua sampai putus ya.




Jang Mi berusaha menelpon Dong Hoon namun lagi-lagi masuk voicemail. Jang Mi bertanya pada handphonenya, kau akan benar benar seperti ini? Jika kau terus begini, aku bisa kembali pada-mu melalui Ibu-mu. Jang Mi meneguk minumannya, namun tiba-tiba Dong Hoon datang dan mengambil minumannya. (Jang Mi teringat akan kenangan manisnya bersama Dong Hoon).

Dong Hoon mengatakan Jang Mi akan mabuk nanti. Jang Mi membalas itulah gunanya minuman keras. Jang Mi yang jago minum alkohol pun menghabiskan minumannya. Kemudian ia pamit pergi ke kamar kecil namun ia hampir terjatuh, untung ada Dong Hoon yang menahannya. Jang Mi kaget dan menatap Dong Hoon.

“Aku mencoba mengendalikan diri-ku. Tapi, kau tidak membantuku.” Pelan-pelan Dong Hoon mendekat dan mencium Jang Mi.



Jang Mi makan dengan lahapnya. Dong Hoon bertanya enak, ya? Jang Mi mengangguk. Dong Hoon mengatakan ia benci gadis yang makan seperti burung. Ia suka cara makan Jang Mi. Karena Jang Mi makan dengan super lahapnya, Dong Hoon memanggil Jang Mi dengan panggilan Babi-ku. LOL. Jang Mi meminta Dong Hoon makan sampai kenyang. Dong Hoon malah membungkus daun selada dengan daging lalu menyuapi Jang Mi. Mereka berdua tampak bahagia. Mereka berdua bergoyang tanpa memikirkan orang-orang di samping mereka.



Jang Mi beristirahat di rooftop melepas keletihannya. Kakinya tampak memerah karena berdiri dengan memakai high heel dalam waktu yang lama saat bekerja. Tiba-tiba Dong Hoon datang tanpa alas kaki. Dong Hoon meminta Jang Mi memakai sepatunya untuk sementara. Jang Mi terharu dengan perhatian Dong Hoon. Kalau Jang Mi memakai sepatunya, bagaimana dengan Dong Hoon.

Dong Hoon malah memakai sepatu Jang Mi dan bergoyang-goyang. Jang Mi tertawa melihat kekocakan kekasihnya ini. Jang Mi bertanya bagaimana Dong Hoon tahu ia ada di sini. Dong Hoon duduk di samping Jang Mi dan mengatakan di atap ini, Jang Mi selalu pergi ke sini kan. Dong Hoon menenangkan Jang Mi, kau pasti sangat capek kan. Dong Hoon berusaha becanda. So sweet



Jang Mi tersadar, semua hanya lamunannya saja. Matanya berkaca-kaca mengingat kenangannya bersama Dong Hoon. Jang Mi bergumam, Dong Hoon masih peduli padanya. Jang Mi menghapus air matanya saat melihat Hyun Hee mendekat.

Hyun Hee meminta Jang Mi harus membelikan hadiah untuk ibu Dong Hoon. Jang Mi tidak mau. Hyun Hee menambahkan kalau Jang Mi ingin menikah, orang tua lah yang paling penting. Jika orang tua membuat keputusan, Dong Hoon pasti akan mematuhi mereka. Namun Jang Mi tidak ingin pernikahan seperti itu. Kau tidak menyesal, tanya Hyun Hee. Tidak, jawab Jang Mi. Apa Jang Mi yakin. Jang Mi mengiyakan. Ia tidak butuh brengsek seperti Dong Hoon.



Namun, kaki Jang Mi malah melangkah mendekati kediaman Dong Hoon. jang Mi malah membawa cake. PDKT nih ee, hehehe. Jang Mi mengintip ke dalam, namun ia ragu. Ia kembali mengintip, Jang Mi meyakinkan dirinya. Lagian ibu Dong Hoon yang mengundangnya. Ia tidak boleh menolaknya, kan?

Jang Mi jadi bimbang, menurutnya ini sudah berakhir. Tidak ada gunanya. Tapi kan Ibu Dong Hoon yang mengundangnya. Ia berusaha melawan apa kata hatinya. Ini sungguh memalukan. Tidak!

Sebuah mobil menepih, ahjumma itu heran menatap Jang Mi berdiri di depan rumahnya. (Gaya Jang Mi sumpah bikin ngakak, hehhe) Siapa kau? Kenapa kau mengintai di depan rumahku. Jang Mi yang tak tahu wanita yang di depannya ini adalah ibu Dong Hoon pun mengatakan ia di undang kemari.



“Diundang? Oleh siapa?” dengan polosnya Jang Mi menjawab ibunya Dong Hoon. Ibu kaget, ia tidak pernah mengundang Jang Mi. Jang Mi mendekat dan mengatakan tidak, bukannya kau. Ibu-nya Dong Hoon yang mengundangku. Ibu mengatakan ia ini Ibunya Lee Dong Hoon. Ia tidak pernah mengundang Jang Mi.

Ki Tae yang baru sampai, melihat keberadaan Jang Mi pun mencibir Jang Mi sangat keras kepala. Ibu turun dari mobil dan bertanya kau orangnya. Jang Mi tak mengerti maksud pertanyaan ibu.

“Dia kan sudah sopan putus denganmu, tapi kau tetap mau menempel padanya. Kau ini mau menyiksa Hoon Dong, ya?”

“Hah? Um...” ibu langsung memotong perkataan Jang Mi. Kau pasti menguntitnya. Kau tahu kan itu kejahatan. Jang Mi tak terima di katai menguntit oleh ibu. Ia mengatakan dirinya di undang kesini. Jang Mi berusaha menjelaskan hubungannya bersama Dong Hoon namun lagi-lagi di potong ama ibu.

“Aku dengar.. Kau mendapatkan dia dengan cara tidur bersamanya saat mabuk kan?” ujar ibu. Perkataan ibu membuat Jang Mi bertanya-tanya. Apa itu yang dia katakan Dong Hoon. Ibu mengatakan ia dengar Jang Mi itu sangat rakus, termasuk cara Jang Mi makan.



“Hoon Dong yang bilang begitu?”

“Aku juga dengar kau membuat pesta besar untuknya. Di kamar hotel dan ada cake. Kau tahu betapa terkejutnya anakku yang malang itu?”

“Si brengsek itu yang bilang begitu?”

“Brengsek?” ibu tidak terima putranya dikatai seperti itu. Ibu merebut kue Jang Mi lalu membantingnya. Ki Tae hanya bisa melihatnya dari dalam mobil. Ibu mengatakan Dong Hoon sudah coba baik pada Jang Mi agar Jang Mi bisa menyelamatkan mukanya. Sudah saatnya Jang Mi menyerah. Beraninya Jang Mi datang ke rumahnya. Ibu mencibir Jang Mi tidak sopan.

“Aku tidak sopan? Bagaimana dengan anakmu yang menghindari orang yang dia kencani selama 1 tahun? Dia bersembunyi di balik temannya dan ibu-nya. Apa itu sopan?” Balas Jang Mi

“Kenapa, kau...”

“Aku mengerti sekarang. Apa yang brengsek itu mau. Tapi, aku ingin mendengarnya dari si brengsek itu sendiri. Jadi katakan padanya, ucapkan 'selamat tinggal'-nya sendiri. Suruh dia bertindak manusiawi... Setidaknya untuk hari terakhir kami.”

Ibu tertawa menanggapi perkataan Jang Mi. Jang Mi pun pergi, langkah kakinya terhenti saat melihat Ki Tae di depannya. Ki Tae yang tadinya tak sengaja mendengar percakapan ibu dan Jang Mi pun hanya diam menatap Jang Mi. Jang Mi masih berdiri mematung. Ibu menyadari kehadiran Ki Tae. Ibu mendekat dan bertanya kenapa Ki Tae ke sini. Ibu menyadari pertanyaan tidak sopan. Maksud ibu, kapan Ki Tae sampai di sini. rupanya Ki Tae datang ke sini mau minta maaf tentang kencan buta kemarin. Jang Mi pun melangkah pergi. Ki Tae menoleh, menatap kepergian Jang Mi. Sepertinya Ki Tae simpati sama jang Mi, hmm mungkin lebih tepatnya kasihan sama Jang Mi.

***

Keluarga Ki Tae duduk menanti kedatangan Jang Mi. Sepertinya mereka sudah menunggu lama. Tapi tidak ada yang di bicarakan. Wajah mereka tampak bete. Ya iyalah, secara yang di tunggu kan ke rumah Dong Hoon. Alias salah alamat, coba ibu Ki Tae memberikan alamat rumah mereka. Pastinya Jang Mi tak salah rumah, tapi Jang Mi juga bakalan bertanya-tanya, kok ini rumah bukan alamat rumah Dong Hoon mantan kekasihnya ya. hehhe

Bibi Ki Tae mengeluh lapar. Nenek memarahinya, tunggulah sebentar. Bibi pun bertanya pada ibu Ki Tae, apa mereka telpon Ki Tae saja. Ibu menolak menghubungi Ki Tae. Ayah tampak jenuh. Ia pun pamit ke kantor. Ia mau mengambil berkas penting.

“Lalu, kau tidak akan kembali kesini, eh?” tanya nenek

“Maafkan aku. Kau tidak perlu mengantarku keluar.” Ujar ayah. Ibu pun bangun dan mengantar ayah keluar. Setelah kepergian mereka. Nenek mencibir Ki Tae saja belum pulang selama 3 tahun. Apalagi pacar-nya yang mau kesini. (Hmm keluarga yang aneh. Sepertinya mereka semua takut sama Bong Hyang, ibu Ki Tae).

Bibi bilang Bong Hyang sudah mengundangnya. Dia pasti akan datang. Nenek mengeluh ia akan mati kelaparan nanti. Nenek pun mengambil makan.

Ibu mengantar ayah ke luar. Mereka berdua hanya diam saja. Setelah ayah pergi, ibu menelpon agen real estate. What wrong with Ki Tae’s family???

***

Ibu Jang Mi sedang bekerja, menggoreng ayam. Ayah menulis sesuatu di papan kecil. Dimana Jang Mi. Bukannya menjawab langsung, ibu malah mengetik pesan dan mengirimnya. Ayah membuka handphone dan membaca pesan ibu. Entahlah. Ayah kembali menulis, kapan dia datang. Ibu kembali membalas dengan mengirim pesan. Entahlah. Hahhaa rupanya bukan hanya keluarga Ki Tae yang aneh namun keluarga Jang Mi juga. *ngakak

Akhirnya Jang Mi datang, ia mendapati sang ayah dan ibunya saling berperang dingin. Ayah bertanya kapan Jang Mi datang. Bukannya menjawab, Jang Mi menceramahi ayah ibunya. Kalian berdua kan di sini. Kenapa harus begini segala. Kenapa kau ke sini, ujar ayah. Pengen aja, mengerti. Jang Mi langsung menuju mesin pendingin namun di cegat ibu.

“Kapan kau membawa manajer restoran itu? Kau bilang kau akan menikah. Keluarganya tidak suka karena kita menjual minuman keras?” tanya ibu panjang lebar

“Bukan seperti itu...”

“Aku sudah tahu itu. Aku juga tidak mau punya menantu penjual bir. Suruh ayahmu tutup tempat sialan ini.” ujar ibu lalu membelakangi ayah.

“Bisnis adalah bisnis. Beritahu ibumu tidak usah ribut mau buka restoran. Lagian, dia cuma tahu masak potongan daging babi!”

“Aku selalu menggoreng ayam seumur hidupku untuk suami yang serakah. Dan, aku belum pernah ke restoran steak. Jadi, aku hanya bisa mencoba potongan daging babi.” Ujar ibu tanpa menoleh. Ibu lalu menyuruh Jang Mi memberitahu ayahnya kalau itu penyebabnya.

“Hentikan!” Teriakan Jang Mi membuat ayah dan ibu kaget.  Jang Mi meminta ayah dan ibunya saling berhadapan kalau mereka bertengkar. Lempar TV atau pecahkan pot bunga seperti sebelumnya. Setidaknya kalian seperti pasangan yang normal kalau seperti itu.

Tiba-tiba ada pesan masuk. Jang Mi membacanya dan terdiam. Kemudian Jang Mi menuju mesin pendingin dan mengambil minuman beralkohol. Cara Jang Mi membuka botol sangatlah unik. Ia menggunakan siku tangannya tuk mengetuk pantat botol. Cara ini memudahkannya dalam membuka tutup botol. Jang Mi meminum dalam sekali tegukan. Ibu dan ayah berusaha menahannya namun minumannya terlanjur habis. hehhe

Ayah tak percaya putrinya meminumnya dalam sekali teguk. Jang Mi tak mempedulikan celotehan ayah ibunya. Ia malah pergi. Ibu bertanya ada apa dengannya. Ayah menjawab pasti ada sesuatu terjadi. Dengan sinis ibu berkata aku tidak bertanya padamu. Ayah pun berkata aku juga sedang bicara dengan diriku sendiri. LOL

***

Ternyata yang membuat Jang Mi terpaku adalah pesan dari Dong Hoon. Siapa juga yang ga kesal sama pesan seperti ini nih, “Terima kasih. Maaf. Berbahagialah”. Dan rupanya Dong Hoon mengikuti cara berpisah dengan cara manusiawi yang ketiga adalah dengan mengirim pesan teks. Walau pun Dong Hoon tampak tak tegaan namun ia harus melakukannya. Oh player,, LOL

Dong Hoon tak menyadari kalau Se Ah duduk di kursi sebelah. Rupanya Ki Tae sudah janjian sama Se Ah di kafe Dong Hoon. Tapi Ki Tae harus berbicara dengan Dong Hoon terlebih dulu. Ki Tae meminta Dong Hoon menemui Jang Mi. Se Ah pun mendengar percakapan mereka. Kenapa, tanya Dong Hoon. Ki Tae mengatakan Dong Hoon harus ucapkan 'pisah' pada Jang Mi secara langsung.

“Kenapa kau terlihat serius sekali? Tidak usah khawatir, kau tidak akan terganggu lagi. Dia tidak akan pernah muncul lagi kok. Aku sudah berakhir dengannya untuk selamanya kali ini.” ujar Dong Hoon.

Tiba-tiba Jang Mi datang, Dong Hoon melongo tak percaya. Yeo Reum mendekat. “Kau ke sini mau menemuiku kali ini, ya? Kau tidak ke sini mencari Dong Hoon lagi kan.” Bukannya menjawab, Jang Mi malah mengambil minuman alkohol yang di antar Yeo Reum.

Kali ini, Jang Mi meminumnya dalam sekali teguk. Membuat Dong Hoon jadi takut. Jang Mi mendekati Dong Hoon dengan memegang botol. Dong Hoon jadi panik. Ia mencoba menghalangi Jang Mi dengan kursinya. Yeo Reum tersenyum, ini semakin menarik.

Jang Mi yang sudah mabuk berusaha meraih Dong Hoon. Dong Hoon jadi mati kutu. Jang Mi memegang wajah Dong Hoon. Akhirnya, aku bisa melihatmu. Kenapa kau tidak meneleponku. Dong Hoon tanya apa Jang Mi belum membaca SMS-nya.

“SMS?” Jang Mi tertawa kegirangan sambil loncat-loncat. Si Dong Hoon pun bertepuk tangan. Jang Mi membacanya "Terima kasih. Maaf. Berbahagia-lah". Se Ah dan Ki Tae yang mendengar jadi ga habis pikir dengan Dong Hoon.

“Kau jadi pahlawan untukku dulu. Kau minta maaf karena telah jadi padaku sekarang. Jadi, mari kita akhiri ini sekarang.. Dan yang terakhir, kau tidak ingin aku kembali pada pecundang. Benarkan itu maksud SMS itu? Aku memang bodoh. Tapi, aku sangat tahu maksudmu itu.” Dong Hoon mencoba meminta bantuan Ki Tae tapi Ki Tae cuek bebek. “Kau mau membodohi-ku, dengan SMS itu. Kau pikir aku tidak tahu?”

“Ok, lepaskan dulu botol ini. Lepaskan~”

“Aku tulus mencintaimu. Aku sangat terluka sekarang,  padahal aku telah memimpikan masa depan bersamamu! Bagaimana bisa kau mengakhiri ini semua hanya dengan 1 SMS?” teriak Jang Mi lalu melayangkan tangannya yang memegang botol itu.

Untung ada Ki Tae yang menahan tangan Jang Mi. Dong Hoon malah menunduk dan berteriak histeris. Mulutnya ampe nganga githu, hahahaha Dong Hoon pun sadar kalau ada Ki tae yang menahan Jang Mi. Dong Hoon menggunakan kesempatan ini untuk kabur ke ruang bawah tanah.

“Polisi, aku sedang diserang oleh penguntit. Tolong selamatkan aku. Aku akan mati.” Dong Hoon menelpon polisi dengan gemetaran.

Jang Mi protes karena lagi-lagi Ki Tae membantu Dong Hoon. Ki Tae bilang ia sedang membantu Jang Mi sekarang. Seharusnya Jang Mi bersyukur.

“Apa? Kenapa? Kau takut aku akan jadi lebih menyedihkan lagi? Aku tahu betapa menyedihkannya aku sekarang. Tapi, aku harus bagaimana lagi? Aku tidak bisa mengakhiri ini dengan tenang, dengan cara manusiawi seperti kalian. Aku perlu bicara dengannya walau aku akan terlihat menyedihkan! Aku hanya perlu kejelasan sekarang!” ujar Jang Mi terisak

Ki Tae, Se Ah dan juga Yeo Reum tampak prihatin sama Jang Mi. Ki Tae melepas tangan Jang Mi. Keluarlah. Bukannya keluar kafe, Jang Mi malah menyusul Dong Hoon. Dong Hoon pikir Jang Mi sudah keluar kafe, ia tidak mendengar keributan di atas lagi. Maka Dong Hoon pun berniat naik ke atas, namun bertemu Jang Mi di tangga. Alhasil, Dong Hoo terbirit-birit mencari tempat persembunyian yang aman.

Jang Mi memukul-mukul pintu, meminta Dong Hoon keluar. Jika kau tidak menginginkan aku lagi, katakan langsung padaku. Baru aku akan pergi, brengsek. Dong Hoon jadi gemetaran di dalam sana. Ki Tae turun. Ia berniat memohon pada Jang Mi supaya tidak buat ribut namun Jang Mi menepisnya. Tanpa di duga, botol yang di pegang Jang Mi mengenai hidung Ki Tae.

Ki Tae meringis kesakitan sambil memegang hidungnya. (Jadi ingat Hyun Wook, hehehe) Se Ah, Yeo Reum dan yang lainnya turun. Mereka mendapati hidung Ki Tae berdarah. Sementara Jang Mi yang tak tahu kondisi Ki Tae pun masih melanjutkan keributannya, memaksa Dong Hoon keluar.

“Memangnya sulit mengucapkan selamat tinggal di depan wajahku langsung? Aku akan coba mengerti kalau aku melihatmu langsung. Kenapa dan bagaimana semua ini menjadi seperti ini. Aku pikir aku akan bisa mengerti, kalau aku melihat matamu.” Semuanya tersentuh dengan kata-kata Jang Mi. “Kita berdua saling jatuh cinta. Tapi, kau ingin berpisah dengan cara seperti ini?”

Dong Hoon memegang erat gagang pintu. Ia kembali menelpon polisi. Dong Hoon meminta polisi cepat datang, ia takut mati. Jang Mi mendengar itu. Karena Dong Hoon lengah, saat Jang Mi menarik pintunya, maka pintu pun terbuka. Dong Hoon terbelalak kaget. Botol yang di pegang Jang Mi pun terlepas.

“Ya. Sekarang aku mengerti karena aku sudah melihat wajahmu. Cuma aku yang jatuh cinta. Semuanya hanya aku yang rasakan.” Ujar Jang Mi pelan. Namun air matanya mengalir dengan derasnya.

***

Jang Mi pun di bawa ke kantor polisi. Jang Mi tampak ngantuk karena mabuk. Sementara di belakangnya ada Ki Tae dengan hitung di sumbat kapas karena mimisan tadi. Pak polisi membangunkan Jang Mi dari tidurnya. Kenapa kau melakukan itu, tanya pakpol.

“Aku hanya merindukan dia! Aku mencintainya.  Aku ingin melihat dia!” Jang Mi memperbesar matanya dengan kedua tangannya. “Dan menyentuhnya! Itulah yang dilakukan pasangan! Cinta sejati!” ujar Jang Mi panjang lebar. Ki Tae berniat mengatakan sesuatu namun di dahului oleh seseorang di belakang Ki Tae.

“Baiklah! Kau tahu kenapa banyak orang mengalami depresi? Karena mereka kekurangan sentuhan manusia lain!” Jang Mi ngangguk-ngangguk mendengar celotehan ahjussi itu. Sepertinya ahjussi itu mabuk juga.

“Dia bilang tidak begitu. Jika kau terus begini, ini termasuk kejahatan.” Ujar pakpol pada Jang Mi

“Aku tidak tahu dia tidak menginginkan-ku. Aku pikir aku bisa mengubah dirinya. Aku mau berusaha mengubahnya. Lalu selanjutnya, aku ingin berakhir dengannya dengan cara baik-baik.” Ujar Jang Mi tulus

“Ya! Orang Korea punya... Sifat kemauan yang kuat!” ujar ahjussi. Pakpol menyuruhnya diam. Kenapa dia di sini, ujar Jang Mi. Ternyata ahjussi itu menganiaya rekan wanita-nya saat makan malam kantor. Karena wanita itu terus menolaknya, saat dia menawarkan alkohol.

“Aku suka rekan kerja-ku itu!  Aku rasa dia sangat imut! Memangnya salah menepuk punggungnya? Jangan terkesima begitu. Tapi, mereka menyebutnya itu sebagai penyerangan dan penguntitan. Padahal aku tidak bersalah. Mereka semua seperti itu!” kata si ahjussi

“Oh, begitu. Aku menguntit dia. Aku adalah penguntit!” Jang Mi menangis seperti anak kecil. Tiba-tiba ia berhenti menangis dan meminta pakpol mencari orang yang hilang. Pakpol jadi bingung. Jang Mi mengatakan wanita itu mengundangku ke rumahnya. Tapi, ternyata dia bukan Ibunya. Dia mengundangku kerumahnya. Tapi, ternyata dia tidak mengundangku. Lalu, siapa wanita yang mengundang-ku itu? Kenapa wanita berpenambilan baik itu melakukan ini?

Ki Tae mendengar dengan seksama cerita Jang Mi. Jang Mi lalu tanya apa pakpol tahu. Pakpol malah balik nanya pada Jang Mi. Apa yang kau bicarakan. Hei kau tahu apa yang dia katakan, tanya pakpol pada Ki Tae. Sayang sekali Ki Tae tidak tahu.

“Ini sangat aneh. Siapa dia? Aku harus bertemu dengannya.” Jang Mi jadi bertanya-tanya pada dirinya. Ki Tae pasti mengira Jang Mi sudah tak kehilangan kewarasannya. Hehehe

***

Ki Tae sedang berendam air panas. Tiba-tiba ia teringat akan perkataan Jang Mi di depan kafe. “Aku... Tulus mencintainya.”

Dan juga saat Jang Mi mengatakan pada Dong Hoon di ruang bawah tanah. “Ya. Sekarang aku mengerti karena aku sudah melihat wajahmu. Hanya aku.. Yang jatuh cinta.. Hanya aku yang merasakan semua.” Ki Tae mencibir Jang Mi bodoh sekali.

Ki Tae jadi heran, kenapa dirinya sekarang terus membicarakan Jang Mi. Kenapa begini. Ki Tae kembali teringat akan kejadian di kantor polisi. Saat itu, Ki Tae mengatakan pada pakpol kalau ini kejahatan pertama Jang Mi. Apa dia akan dihukum?

Pakpol bilang Jang Mi akan langsung di bawa ke pengadilan. Ki Tae malah mengatakan bagaimana kalau bayar denda saja, tidak usah ke pengadilan.

“Kenapa? Bukankah dia yang menyerangmu?”

Ki Tae cepat-cepat mencobot kapas dari hidungnya. Ki Tae berbohong kalau ia yang memukul dirinya sendiri. Tapi sayang sekali, ibu korban (Dong Hoon) ingin Jang Mi di hukum berat. Ki Tae menatap Jang Mi yang kepalanya oleng ke kiri dan ke kanan karena ngantuk berat. Ciee udah ada rasa simpati tuh. ^^

Kembali lagi ke Ki Tae sekarang. Ki Tae yang semula tak peduli sama Jang Mi jadi bertanya-tanya apa sidang Jang Mi dijadwalkan hari ini. Tiba-tiba, terdengar bel pintu berbunyi. Ki Tae menghidupkan musik. Ia berusaha cuek. Malas meladeni tamunya. Namun bel terus saja terdengar. Ki Tae menaikan volume musiknya. Tapi bel membuat dirinya tak tenang. Mau tak mau harus pergi membukakan pintu.

***

Tamu Ki Tae ternyata sudah masuk. Seorang ahjussi menunjukan rumah Ki Tae kepada kedua wanita itu. Mereka tampak menyukai rumah Ki Tae. Ki Tae turun dan memarahi mereka. Apa yang kalian lakukan di rumahku. Si ahjussi bilang mereka cuma mau melihat-lihat.

“Lihat?”

“Kau kan mendaftar ke agen kami kalau rumah ini mau di sewa.”

“Di sewa? Kau pasti salah.”

“Kau bilang kau butuh penyewa baru secepat mungkin. Kau bilang aku bisa datang kapan saja karena ini sangat mendesak.” Si ahjumma yang satunya tampak tergoda melihat perut Ki Tae yag six pack. Hehe

Ahjussi itu menyuruh kedua ahjumma itu melihat-lihat rumahnya. Ki Tae tampak kesal. Sekarang giliran pemilik rumah ini yang memberikanku masalah. Kedua ahjumma itu tampak menyukai dekorasi rumah Ki Tae. Ki Tae bilang ia yang merenovasinya sendiri.

“Permisi. Ini pasti ada salah paham. Aku tidak mengdaftar rumah ini ke agenmu untuk disewa. Jadi, bisa kau pergi sekarang?

Si ahjussi bilang mereka akan melihat lihat rumah ini dengan cepat. Ki Tae tak tahan lagi dengan kedua ahjumma yang berkeliaran di rumahnya.

***

Rupanya semua ini ulah ibu Ki Tae. Ki Tae mengatakan pada ibunya, ia mau menyewa rumah lain. Ibu berkata Ki Tae ingin menyelesaikan segalanya dengan uang.

“Kau saja menyelesaikan masalahmu lewat agen real estate.” Ujar Ki Tae

“Aku tidak tahu itu akan sangat efektif. Sampai kau ingin bertemu denganku.” Bong Hyang mengambil minum. “Sudah bertahun-tahun, aku tidak duduk denganmu seperti ini. Sangat menyenangkan. Mari kita lakukan ini setiap hari kalau kau sudah pindah ke-rumah kita.”

Ki Tae bersikeras tidak akan pernah pindah dari tempat itu. Ibu berkata “Kau ingin rumah atas namaku tapi tidak ingin tinggal bersama-ku. Kau tak tahu malu.”

“Aku akan menandatangani kontrak dan memberimu depositnya. Atau kau ingin menjualnya padaku?” ujar Ki Tae

“Aku tidak tahu kenapa kau sangat suka rumah itu. Tidak banyak kenangan indah di sana. Hidup sendirian itu terlihat menyedihkan bagi orang lain.”

“Kau terus saja hidup dengan khawatir pada orang lain.” Kata-kata Ki Tae membuat ibu tampak sedih. Ibu meminta Ki Tae membawa gadis yang diundang itu.

“Siapa yang kau undang?” Ki Tae pun teringat akan kata-kata Jang Mi di kantor polisi. “Jadi, kau mengundangnya?”

“Mereka akan menandatangani kontrak sewa-nya jam 06:00 besok. Bawa gadis itu atau kau pindah dari rumah.” Ujar ibu lalu bernajak pergi. Ki Tae tampak galau.

***

Ki Tae berlari secepat mungkin menuju persidangan (Seperti adegan di awal episode). Sementara Hakim membacakan tuntutannya.

“Anda membenarkan anda-lah yang membuat keributan di kantor pemerintah? Denda $ 100. $ 80 karena memeras. $ 40 karena menyeberang jalan. $ 50 karena buang air kecil di jalan. $ 100 karena pelecehan moral. $ 50 karena penggunaan flash. $ 70 karena pemungutan pajak.”

“Kasus No. 3592. Terdakwa Joo Jang Mi, silakan bersaksi.” Jang Mi berdiri mendekat ke tempatnya bersaksi. “Anda melakukan penyiksaan secara terus-menerus. Anda membenarkannya?” Jang Mi tertawa dengan pertanyaan hakim.

“Tergugat.” Ujar hakim

Sementara di luar, Ki Tae di cegat oleh petugas. Ia di periksa sebelum masuk. Kembali lagi ke ruang persidangan, hakim bertanya apa Jang Mi membenarkan telah menguntit. Jang Mi bilang ia ini penyihir gila. Ia ini sudah gila.

Ki Tae menjelaskan pada petugas, ia sedang buru-buru. Para petugas bertanya emang Ki Tae mau ke mana. Ki Tae menjawab ia harus pergi bersaksi.

Memangnya apa hubungan kalian? Ki Tae bingung mau menjawab apa. Jang Mi menantang Hakim dan mengatakan inilah yang ia katakan pada si brengsek itu. Ki Tae mengatakan Jang Mi adalah tunangannya. Dan apa yang di katakan Jang Mi???

"Mari kita menikah”.

Tiba-tiba Ki Tae menerobos masuk. Jang Mi menoleh. Ia kaget melihat kehadiran Ki Tae di sana. Jang Mi tampak kesal, kenapa si brengsek itu ke sini. Para penonton bertanya apa Ki Tae itu si brengsek yang Jang Mi maksud. Ki Tae maju dan meminta ijin bersaksi. Namun Jang Mi keberatan.

“Siapa kau?” tanya Hakim

“Aku berteman dengan si pengugat. Aku tahu ceritanya sebenarnya.” Jang Mi memotong perkataan Ki Tae. Jang Mi mengatakan Ki Tae memang menguntit pria itu.

“Tapi korban seharusnya menolak dengan tegas, dakwaan kalau dia melakukan kejahatan penguntit. Pria.. Tidak akan pernah mengatakan tidak. Si pria hanya menghindarinya saja.” Jang Mi dan hakim jadi berpandangan. “Mereka berkencan dan si pria menghilang begitu saja. Bukankah wajar kalau dia mencarinya? Dia terus bersembunyi dan mengirim 1 SMS kalau hubungan mereka berakhir. Itu juga tidak jelas.”  Ki Tae meminta Jang Mi menunjukan buktinya. Jang Mi belum ngeh juga. Ki Tae kembali meminta Jang Mi menyerahkan SMS itu pada hakim. Jang Mi berusaha mencari handphonenya.

“Ok, aku mengerti situasi ini. Aku menganggap kalau korban tidak bersalah. Tapi karena kau mabuk dan membuat keributan di tempat usahanya. Kau bersalah karena masalah itu. Aku akan memberikan denda sebesar $ 50.” Hakim memukul palu. Jang Mi tampak tak terima ia harus membayar $ 50. Ia manatap Ki Tae, Ki Tae malah mengangguk-ngangguk meminta Jang Mi mengikuti keputusan hakim. Jang Mi tampak kesal

***

Jang Mi memegang uang $ 50 won. Ia bergumam dalam hati . “Harga yang harus aku bayar, untuk cinta-ku yang lebih besar dendanya daripada menyeberang sembarangan tapi lebih kecil dari memeras.” Jang Mi sudah bebas, ia berjalan di trotoar. “Cinta-ku seperti pipis di jalan, semuanya berakhir di situ. Akan aku... Bisa mencintai lagi?”

Tiba-tiba Ki Tae muncul di depannya. Ki Tae berusaha menghadang jalan Jang Mi. Ada apa denganmu, tanya Jang Mi. Ki Tae mengajak Jang Mi ke rumahnya.

“Apa?”

“Untuk bertemu dengan ibuku. Dia menunggumu.”

“Apaan ini.. Kenapa harus aku?”

“Ibu-ibu yang mengundang-mu itu,” Ki Tae mendekatkan wajahnya pada Jang Mi. “Sebenarnya adalah ibuku.” Jang Mi terbelalak kaget. Tentu saja ia tak menyangka ibu Ki Tae yang mengundanganya, bukannya ibu Dong Hoon. Ki Tae malah tersenyum manis.


~Bersambung ke Episode 2~




Komentar :


Sejauh ini, ceritanya menarik dan bikin mules. LOL


2 komentar:

  1. wah ceritanya seruuuu,
    aku suka bacanya, tp diahir sinopsis gambarnya dikit ya sis?? tapi secara keseluruhan aku suuuukaaa

    BalasHapus
  2. Aku suka gambar nya dikit, bikin penasaran,. Jd gkan bosen sat nnton nnti.. Thx u

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya chingu,,
habis baca di tunggu commentnya ya..
Hwaiting

 

Drama Oh Drama Template by Ipietoon Cute Blog Design and Waterpark Gambang