Setelah menerima
pemberitahuan dari orang itu, Jae Joon pergi ke sebuah ruangan kosong. Rupanya
di sana sudah ada Hoon. Hoon datang karena ia mendengar Jae Joon ingin bertemu
dengannya. Jae Joon mengatakan ia mau minta maaf pada Hoon. Ia telah salah
paham tentang ayah Hoon. Itu sebabnya kau menyuruhku datang kesini, tanya Hoon.
Jae Joon bilang ia ingin berhubungan baik dengan Hoon. Ia juga ingin minta
tolong pada Hoon.
“Tidak, terima kasih. Aku
tidak punya waktu untuk melakukan permintanmu itu.”
“Ini tentang.. Dr. Oh. Soo
Hyun, dia sangat menyukaimu.”
“Lalu, apa kau tidak
menyukainya? Jangan bercanda. Jangan menyakitinya lagi, atau jika tidak, kau
akan dapat balasannya nanti. Jangan lakukan apapun yang akan kau sesali
nantinya. Jujurlah dan katakan padanya kalau kau menyembunyikan sesuatu. Minta
maaflah jika memang harus, sebelum semuanya terlambat.”
“Aku tidak bisa memberitahu
Soo Hyun apa yang akan ku lakukan, atau meminta perminta maafannya.”
“Maka, kau tidak perlu
melakukannya.”
“Tapi, ini sudah dimulai.”
Terdengar bunyi serine mobil polisi di luar. Hoon tampak kaget.
***
Bukan hanya Hoon yang
kaget, semua tamu undangan pun sama kagetnya. Beberapa bodyguard mencoba
menghalangi para polisi. Tapi sayang sekali, polisi datang dengan surat
perintah penangkapan. Mereka pun tak bisa berkutik.
Para polisi itu mencari
Sang Jin. Mereka menunjukan surat penangkpan itu pada Sang Jin. “Kami
menangkapmu dengan dakwaan.. Pemborosan uang negara dan suap ilegal.” Sang Jin
langsung di ringkus oleh pak polisi itu. Hyun Wook ikut campur. Tapi pak polisi
itu memarahinya. Kau lihat surat penangkapan ini
Sang Jin di giring pergi
oleh pakpol, ia terus memanggil ayahnya. Soo Hyun dan ayahnya tak bisa
melakukan apa-apahanya bisa melihat Sang Jin di tangkap.
***
Hoon dan Jae Joon melihat
semua itu dari balik jendela. “Apa kau yang melakukannya?” Tanya Hoon. Jae Joon
bilang ini hanya awalnya saja. Akan ada banyak hal, yang akan sangat melukai
Soo Hyun. Hoon tersenyum tipis. Aku sedikit ragu, tapi kau lah Lee Sung Hoon itu.
Apa kau.. Mau balas dendam?
“Kalau kau jadi Lee Sung
Hoon, kau tidak akan balas dendam? Aku kehilangan ayahku dan ibuku juga. Selama
20 tahun ini, aku hanya bisa berpikir tentang mereka yang diperlakukan tidak
adil. Aku sudah menunggu untuk balas dendam, dan sekarang waktu yang tepat. Aku
harus melakukannya.”
Hoon mengingatkan Jae Joon
kalau direktur Oh, ayah dari wanita yang Jae Joon cintai. Jae Joon membalas dia
orang yang Han Jae Joon cintai. Bukan Lee Sung Hoon. Namun Hoon mengatakan Jae
Joon salah. Han Jae Joon dan Lee Sung Hoon, mereka mencintai Soo Hyun. Benarkan?
Jae Joon hanya bisa diam.
Tapi diamnya itu seakan menjawab kalau perkataan Hoon itu benar adanya.
***
Direktur Oh menunggu info
dari Hyun Wook. Hyun Wook menyampaikan Polisi dapat info-nya dari surat kaleng.
Surat kaleng? Siapa yang akan
mengirimkannya?
“Mereka bilang itu
rahasia. Mereka tidak bisa memberitahunya.. Tapi untungnya, aku punya teman
sekelas dulu yang bekerja dalam tim di kasus ini.”
“Siapa dia?”
“Namanya Lee Sung Hoon.”
direktur Oh seperti mengenal nama itu. Hyun Wook tanya apa direktur pernah dengar
nama itu sebelumnya. Direktur Oh mencoba mengingat nama itu.
***
Jae Joon menatap
kursi-kursi tamu yang telah kosong. Hanya ada para pelayan yang sedang beres-beres.
Soo Hyun menghampirinya. Soo Hyun tanya apa Jae Joon benar-benar Lee Sung Hoon.
Jae Joon balik nanya, apa itu penting.
Soo Hyun mendesak Jae Joon mengatakan padanya. Jae Joon menatapnya. “Dengarkan.
Tidak penting siapa aku. Yang penting adalah.. Kita perlu mengoreksi peristiwa
yang terjadi 20 tahun yang lalu.”
“Apa itu? Menelepon polisi
dan balas dendam?”
“Kau tidak mengerti? Hanya
1 yang Lee Sung Hoon inginkan. Perminta maafan yang tulus.”
Soo Hyun melihat mata Jae
Joon berkaca-kaca saat mengatakannya.
***
Direktur Oh tak bisa
menelan minumannya saat Soo Hyun menanyakan siapa Lee Sung Hoon. Di depan
anaknya ia harus bertindak sesopan mungkin. Ia merasa tidak pernah melakukan
sesuatu yang buruk di masa lalu yang berdampak fatal pada nasib orang lain.
“Ayahnya meninggal di
rumah sakit kita, 20 tahun yang lalu. Kita.. Baru saja lulus kriteria untuk
mendapat izin jadi RS universitas. Aku tidak ingin gugatan itu mengganggu, untuk
mendapatkan izin itu. Memang benar.. Kalau aku tidak menghentikan gugatan itu,
rumah sakit kita akan dirobohkan.”
“Aku bertemu dengan Lee
Sung Hoon. Aku tidak ingin kau ataupun dia dalam bahaya.”
“Dimana dia?”
Soo Hyun berusaha membujuk
ayahnya supaya bisa meminta maaf pada Lee Sung Hoon/Jae Joon. Jika ayahnya meminta
maaf dengan tulus, ayahnya akan dimaafkan. Namun sang ayah mementingkan harga
dirinya. harga dirinya telah membutakannya. Ia tidak mau melakukan itu. Bahkan
ia merasa tidak melakukan sesuatu yang salah. Menurutnya, ia hanya melakukan
apa yang harus ia lakukan untuk Myung Woo.
Soo Hyun mengenggam tangan
ayahnya. Ia khawatir sesuatu yang mengerikan bisa terjadi pada ayahnya nanti.
Sang ayah tetap apada pendiriannya. “Lakukan saja! Aku tidak akan menyerah
dengan mudahnya. Aku ini Oh Joon Gyu.”
“Ayah..” direktur Oh
menepis tangan Soo Hyun dan menyuruhnya pergi. soo Hyun tak tahu apa yang harus
ia lakukan lagi.
***
Jae Hee sedang mengganti
pakaiannya. Hoon menelpon namun ia terus mengabaikan panggilan Hoon. Tiba-tiba
PM menelpon.
Jae Hee pun menghadap PM.
PM mengatakan ia harus sejauh ini, agar orang lain percaya kalau dirinyalah
yang dioperasi. Benarkan. Jae Hee berkata ia dengar ada seorang direktur
eksekutif yang bernama Oh Sang Jin ditangkap. Dengan santainya PM mengatakan
itu ulah Dr Han. Siapa dia sebenarnya, tanya Jae Hee.
“Nama aslinya Lee Sung
Hoon. Ayahnya meninggal karena kecelakaan medis, di Myung Woo 20 tahun yang
lalu. Aku yang akan mengurus masalah ini. Kau fokus saja pada operasi ini.” Jae
Hee mengangguk. PM kembali berujar menganai Hoon dan ibunya. Ia akan mengirim
mereka ke tempat yang aman sesuai yang ia janjikan. Jae Hee tampak ragu dengan
kata-kata PM.
“Dimana itu?”
PM hanya diam saja.
Sepertinya ia menggunakan Hoon dan ibunya sebagai sandra agar Jae Hee bisa
melancarkan rencananya.
***
Pengawal yang semulanya
pengawal Presiden, sedang menunggu Hoon di klinik. Ia memberikan kepada Hoon
tiket pesawat untuk Hoon dan ibunya ke Swiss. Ada juga sejumlah uang.
“Swiss?”
“Setelah kau sampai di
sana, dia bilang kau bisa bebas hidup disana. Ayo pergi.”
Hoon bilang ia harus
bertemu Jae Hee dulu. Si pengawal bilang tidak bisa. Mereka tidak punya waktu
lagi. Hoon meminta si pengawal menyampaikan pada PM, ia tidak akan pergi kemana
pun sebelum bertemu Jae Hee.
***
Ternyata permintaa Hoon di
kabulkan. Jae Hee menemuinya di atap. Hoon langsung menyerbunya degan beberapa
pertanyaan. Kenapa Jae Hee menghindarinya. Kenapa Jae Hee tidak menjawab
teleponnya. Jae Hee meminta Hoon pergi bersama Ibunya. Tapi Jae Hee meminta
tanpa menatap Hoon. Hoon bilang ia mengerti kenapa Jae Hee bersikap seperti
ini. Tapi.. Jae Hee memotong perkataan Hoon. Tidak. Kau tidak mengerti.
“Ayahmu yang memintaku menyelamatkan
nyawamu. Dia bilang aku harus menyelamatkanmu”
“Itu cuma alasan saja. Aku
tidak bisa bersamamu lagi. Kumohon pergilah. Itu yang terbaik untukmu.” Hoon
janji ia akan datang menjemput Jae Hee, setelah mendapat tempat yang aman. Jae
Hee nemolaknya. Tidak usah, terima kasih. Jangan kembali. Semuanya sudah
berakhir. Hubungan kita sudah berakhir. Hoon bilang ia sudah berjanji pada ayah
Jae Hee. Ia berjanji akan melindungi Jae Hee.
“Jika kau begitu karena
rasa bersalahmu, maka lupakan saja tentang semua ini.”
“Tidak. Ini bukanlah rasa
bersalah.”
“Aku pergi. Selamat
tinggal.” Jae Hee menghntikan langkahnya. “Lupakan semua tentangku dan juga
ayahku. Lupakan semua itu. Aku harap kau punya kehidupan yang baik.”
Ya ampun Jae Hee, loh tega
buat Hoon jadi hancur berkppig-keping githu ya. Puk puk puk puk (sini aNNa
peluk nenangin kamu)
***
Presiden memeriksa berkas
dan profil Hoon. Setelah selesai membacanya, Presiden menyuruh pengawalnya
menghubungi PM.
PM yang baru saja keluar
RS Myung Woo, mendapatkan info kalau Presiden ingin bertemu dengannya. Ia
mencibir itu bahkan lebih menyebalkan, daripada dia menelponku dengan kata
singkat. Sebelum naik ke mobil. PM mengingatkan Tae Soo untuk menyingkirkan
Park Hoon tanpa tersisa apapun. Tae Soo mengiyakan.
***
Hoon bersama ibunya di
antar ke bandara oleh pengawal PM. Sesekali pengawal itu melihat Hoon dari
kaca. Namun Hoon memergokinya. Hoon mulai merasakan ada gelagat tak baik.
Sesuatu yang buruk akan menimpa dirinya dan sang ibu. Ia melihat jalan yang
mereka lalui bukannya menuju bandara.
Bener saja, Hoon dan
ibunya di turunkan di sebuah padang yang luas. Si pengawal itu mendekat. Hoon
berusaha melindungi ibunya di balik punggungnya. Si pengawal berkata ia hanya melakukan
apa yang disuruh padanya. Kemudian ia mengeluarkan pistol. Hoon mengganggam
erat tangan ibunya. Pistol pun di arahkan ke Hoon.
***
Operasinya dilakukan Senin
depan dan Han Jae Joon yang akan jadi kepala bedahnya. Presiden mengatakan Hoon
sangat bodoh karena menyerah pada operasi kemarin. Ia pikir kemampuan Hoon dan
Jae Joon sama. Ia tidak mengerti kenapa Hoon menyerah di kesempatan yang sangat baik itu. PM
mencibir Hoon itu bodoh. Presiden tertawa kecil mendengarnya.
Beralih lagi ke Hoon.
Tadinya pistol yang terarah ke Hoon masih jauh dari wajah Hoon namun sekarang
hanya beberapa senti dari wajah hoon. Pengawal siap menaruk pelatuknya.
Tiba-tiba ada telpon masuk. Sepertinya dari pihak PM menelpon untuk membatalkan
misi mereka menghabisi Hoon. Hoon tampak lega melihat senjata berparas cantik
itu menjauh dari wajahnya.
***
Presiden mengatakan Hoon
bukannya bodoh. Tapi Hoon itu memikirkan tentang pasien. PM mencoba menyelah,
tapi tetap Han Jae Joon-lah yang memenangkan kompetisi ini.
“Dokter
yang sejati, seharusnya lebih memikirkan pasiennya daripada kemenangannya.”
“Kau pikir begitu?”
“Jika kau yang jadi
pasiennya, aku yakin kau pasti akan memilih dokter seperti Park Hoon.”
Sepertinya PM tak suka
dengan ide Presiden. Emang dari dulu PM tak menyukai apapun yang di usulkan
oleh Presiden.
***
Rupanya karena percakapan
tadi bersama Presiden, PM memutuskan untuk tidak membinasakan Hoon dari muka
bumi ini. Hoon menerima telpon dari PM. Sementara ibunya di sandra sama
pengawal PM. Hoon memaki PM. “Bajingan kau! Kau tidak pernah menginginkan aku
hidup ya!”
“Tapi kau masih hidup,
kan? Presiden ingin kau yang jadi Kepala bedah-nya.”
“Apa.. Kau pikir aku ini
boneka-mu?” teriak Hoon
“Harusnya begitu. Nyawa
Ibumu tergantung darimu.” Hoon baru menyadari ibunya sudah tidak berada di
belakangnya lagi. Ibu di bawa pergi oleh pengawal PM. Hoon berusaha mencegahnya
namun sia-sia.
***
Direktur Oh bertemu dengan
PM. Direktur Oh tak senang kalau Hoon yang melakukannya. PM bilang ini perintah
Presiden. Ini kan untuk jantungnya juga. sebagai PM, ia tidak bisa membantah. Tapi,
Park Hoon tetaplah dokter di Myung Woo. Jadi, Myung Woo tetap akan dapat
keuntungan yang sama.
“Aku akan langsung
menyingkirkan Park Hoon, setelah operasinya selesai nanti. Bertahanlah sebentar
lagi. Operasinya tetap harus dilakukan. Kau mengerti maksudku kan?”
“Baiklah.”
PM sudah berbicara dengan
jaksa. Sang Jin akan segera keluar. *kalau semua pejabat negeri ini kayak PM,
hancurlah keadilan dan hukum bangsa ini. Jadi ingat kasus anak pejabat itu.
lolos dari jerat hukum karena ayahnya seorang pejabat. oopsss
***
PM menelpon Jae Joon. PM
mengatakan kepala ahli bedah-nya diganti. Jae Joon tampak kecewa. “Anak
direktur.. Akan segera dibebaskan. Aku memperingatkanmu. Aku bisa membalikkan semua
yang kau lakukan. Ingat itu! Aku akan memberimu kesempatan, untuk melawan Oh
Joon Gyu setelah operasi selesai nanti. Jadi, jangan bertindak sebelum hari
itu. Paham?”
Usai menutup telpon, Jae
Joon mengambil berkas yang di berikan PM dan bergegas memakai jasnya.
***
PM pun melakukan tugasnya.
Berpura-pura menjalani perawatan di RS Myung Woo. Ia bahkan sudah muak dengan
ini. Hoon masuk dan menatap tajam PM.
Dimana ibuku.
“Kami merawatnya dengan
baik. Santailah. Dia akan aman sampai kau berhasil melakukan operasi nanti.”
“Aku tidak percaya
kata-katamu.”
“Baiklah. Jadi, aku akan
katakan dengan tegas. Kalau kau melakukan sesuatu yang tidak perlu, atau
melakukan sesuatu yang akan menggangguku, ibumu... akan mati. Bagaimana
menurutmu?”
*Ya ampun, sueerrrr aNNa
pengen ngucak-ngucak wajah PM. Dasar PM busukkkkkk. :P
***
Hoon bertemu dengan Jae
Hee. Tentu saja menyampaikan pada Jae Hee infi terupdate tentang dirinya yang
di pilih Presiden untuk melakukan operasi. Bagaimana dengan ibumu, tanya Jae
Hee. Hoon bilang ibunya akan baik-baik saja. Mereka sudah merawat dia. Sekarang
ia yang jadi Kepala bedah-nya. Apa yang akan Jae Hee lakukan sekarang.
“Sama seperti yang aku
katakan. Kau hanya perlu melakukan pekerjaanmu dengan baik, dan aku yang akan
mengurus sisanya.” Ujar Jae Hee dingin. Hoon bilang Jae Hee mungkin tidak akan
dapat kesempatan bertemu dengannya. Anak buah jang Seok Joo terus mengawasinya
sepanjang waktu. Jae Hee membalas. Selama bertahun-tahun, aku bersama Cha Jin
Soo. Aku telah dilatih untuk melawan orang.
“Melawan?”
“Kau pikir aku hanya
dilatih melakukan anastesi saja?
“Kenapa kau...”
“Kau benar. Kalau aku
sudah tahu sebelumnya kalau kaulah yang membunuh ayahku, aku tidak akan begini.
Aku tidak akan kehilanganmu sedetik pun.” Jae Hee berniat pergi. Namun Hoon
tanya bagaimana jika semuanya berjalan lancar, seperti yang telah Jae Hee rencanakan.
Jae Hee bilang ia belum tahu. Tapi, ada 1 hal yang pasti, ia tidak akan bersama
Hoon.
*Saran aNNa sih, sebaiknya
Hoon pasrah deh. Biar ama aNNa aj. LOL
***
Soo Hyun menunggu sang
ayah di ruangannya. Direktur Oh baru masuk mengusirnya pergi, jika ini tentang
Lee Sung Hoon lagi. soo Hyun meminta ayahnya mendengarkan saja walau tidak mau.
Dia diadopsi ke Amerika setelah gugatan itu.
“Pergi!”
“Dia kembali ke Korea
untuk balas dendam denganmu.” Direktur Oh tanya kenapa Soo Hyun menemuinya? Dia
tidak akan bisa balas dendam. Soo Hyun bilang kau sudah lihat bagaimana adikku
ditangkap kan! Direktur Oh membalas masalah itu sudah diselesaikan. Soo Hyun
kembali meminta ayahnya meminta maaf pada Lee Sung Hoon dengan tulus. Soo Hyun jamin dia akan memaafkan ayah.
“Minta maaf? Anak bodoh. Aku
tidak melakukan sesuatu yang salah.”
“Kau yakin dengan itu? Dia
kehilangan ayahnya. Lalu, dia juga kehilangan ibunya karena gugatan itu terus
saja ditunda. Dia berubah jadi anak yatim piatu dalam semalam. Jadi minta
maaflah padanya!”
“Tutup mulutmu!” bentak
sang ayah. “Ayah. Kau sungguh tidak tahu apa kesalahanmu?”
“Sudah ku bilang aku tidak
melakukan sesuatu yang salah! Dia mau main-main denganku? Biarkan dia
melakukannya. Dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Aku tidak akan
peduli.”
Soo Hyun kecewa dengan
ayahnya. Ia pun keluar. Dan mendapati Jae Joon berdiri di depan pintu. Ternyata
Jae Joon mendengar percakapan mereka.
“Jae Joon. Aku tahu kau
memanfaatkan-ku dan menyimpan rahasia dariku. Aku akan melupakan semua yang
terjadi, tapi kumohon berhentilah sampai disini.”
“Maafkan aku, Soo Hyun.”
Soo Hyun memegang tangan Jae Joon. “Aku belum memberitahu semuanya padanya. Aku
akan terus meyakinkan dia, kau bisa berhenti kan?” jae Joon meminta Soo Hyun
tidak mencoba terlalu keras. Jae Joon melepas tangan Soo Hyun pelan lalu
beranjak pergi
**
Jae Joon mengetuk pintu
direktur Oh. Ketukannya tidak seperti ketuka pada umumnya. Tangannya ia kepal
kuat-kuat. Jae Joon pun masuk. ia mengunci pintu dan menutup tirai jendelanya.
Direktur bilang Jae Joon punya
tugas untuk dilakukan. Jae Joon tanya
apa itu tentang Lee Sung Hoon. direktur membenarkan. Aku baru saja bertemu dengannya,
ujar Jae Joon.
“Benarkah? Apa yang dia
inginkan? Berapa banyak yang dia mau?”
“Dia bilang dia tidak
butuh uang.”
“Dia sangat unik... Bahkan
saat dia masih kecil.” Direktur mengingat saat Lee Sung Hoon/Jae Joon kecil
berteriak memperingatkannya untuk tidak
pernah lupa. Ayahnya, Lee Sun Do dan ia Lee Sung Hoon. Ingat nama-nama itu. Ingat siapa yang akan
balas dendam padamu.
Direktur menggebrak keras
kursinya. “Aku tidak pernah tahu dia akan.... Menusukku dari belakang setelah
20 tahun ini.” Jae Joon mengatakan Lee Sung Hoon akan berhenti balas dendam, kalau
direktur mengakui kesalahannya dan minta maaf dengan tulus.
“Mengakui apa? Minta maaf
untuk apa?
Dasar anak bodoh. Aku
tidak punya apa sesuatu diakui atau di minta maaf. Menghentikan gugatan itu, itulah
hal terbaik yang pernah kulakukan.” Soo Hyun menunggu dengan khawatir di depan
pintu. “Jika gugatan berhasil diproses, Myung Woo-ku akan dibakar menjadi abu.”
“Apa kau pernah berpikir,
kalau kau bersalah?”
“Tidak pernah! Aku... Oh
Joon Gyu, akan melindungi Myung Woo. Dan tak akan ada yang bisa melawanku!” Jae
Joon kembali mengatakan mungkin Lee Sung Hoon Cuma memberimu 1 kesempatan
terakhir ini. Kesempatan terakhir apanya, tanya direktur. “Ini kesempatan
terakhir-mu, untuk minta maaf atas yang kau lakukan. Para korban kecelakaan
medis, hanya ingin perminta maafan yang tulus. Ini terakhir kali...”
“Hentikan!” teriak
direktur. Jae Joon berusaha sedikit bersabar dan memberi direktur kesempatan. “Lalu
bagaimana jika... Lee Sung Hoon melakukan sesuatu yang sangat berbahaya?”
“Lakukan saja. Balaskan
saja dendamnya itu atau lakukan apa pun yang dia mau. Walau dia mengerahkan
semua yang dia punya, dia dia akan bisa melawanku.”
“Kau sungguh berpikir
begitu?”
“Bahkan tuduhan Sang Jin telah
di hentikan.”
Tapi aku pikir kau tidak
akan berhenti... Dengan apa yang akan terjadi ini. Cabang di daerah Jae Joo, tidak
akan bisa dibuka. Lee Sung Hoon sudah memberi Riwayat Keuangan Myung Woo pada
Bank Korea.” Tampak Jae Joon menyerahkan sebuah berkas pada seseorang. “Kau
tidak akan bisa meminta pinjaman lagi. Mereka akan memintamu segera membayar
pinjaman.”
“Apa?” ucapan direktur
sedikit bergetar. Hahah si tua akhirnya takut sama ancaman Jae Joon juga. LOL
“Lee Sung Hoon juga sudah
menghubungi wartawan. Dia bilang pada mereka, tentang hilang-nya dana dari pembangunan
sekolah kedokteran dan semua penyuapan yang berhubungan. Aku yakin kau sudah
menyadari semuanya, termasuk biaya medis yang tidak adil untuk para pasien, sebanyak
5 kali lipat biaya asli selama 3 tahun ini. Aku yakin kau tahu itu.”
Amarah direktur meledak. “Lee
Sung Hoon. Lee Sung Hoon, bajingan kau! Beraninya kau.. Main main denganku?!”
nafasnya tak beraturan. Soo Hyun yang mendengar teriakan ayahnya pun semakin
panik. Mana pintunya di kunci dari dalam lagi.
“Bisa kau cari tahu cara
menghentikan dia?” direktur mencoba membuka dasinya. Ia merasakan sesak nafas.
“Dia belum selesai. Dia akan mengekspos tentang Para politisi Myung Woo yang menyuap
20 tahun yang lalu agar bisa dapat izin sebagai RS Universitas.” Direktur Oh
memegang dadanya yang sakit. Ia bertambah terkejut dengan perkataan Jae Joon
barusan.
“PM Jang Seok Joo, termasuk
dalam daftar politisi itu.” direktur berteriak meminta Jae Joon membawa Lee
Sung Hoon padanya sekarang juga. Soo Hyun yang panik memanggil-manggil Jae
Joon.
“Setiap hari selama 20
tahun ini, dia telah mencatat rencananya padamu sampai buku-nya menjadi sangat
tebal. Dan dia mulai melihat adanya kesempatan yang sebenarnya juga dia
takutkan. Apakah kau mau mengakui kesalahanmu dan minta maaf dengan tulus pada
mereka? Dia terus memikirkan itu. Tapi dia juga bingung.. Apakah dia harus
memaafkanmu, kalau kau meminta maaf padanya nanti. "Bagaimana jika aku
memaafkan mu?" "Apa yang akan terjadi dalam hidupku?" Dia terus
memikirkan itu. Tapi aku senang....” air mata Jae Joon menetes keluar.
“Apa maksudmu?”
“Kau sama sekali tidak
berubah. Aku sangat senang melihatmu begitu. Sebenarnya, aku ingin mengucapkan
terima kasih.” Direktur pun akhirnya menyadari Jae Joon adalah Lee Sung Hoon. “Aku
Lee Sung Hoon dari 20 tahun yang lalu. Terima kasih telah membuat hidupku berarti,
Direktur Oh Joon Gyu.
“Kau.. Bagaimana bisa?”
Dalam kesesakannya, si direktur yang sombong berusaha sekuat tenaga mengambil
telpon. Namun Jae Joon menjatuhkan telponnya. Direktur bertambah geram, dengan
memegang dadanya yang semakin sakit.
Direktur terjatuh di lantai.
*standing applaus. LOL
***
Soo Hyun bertambah panik
ia menyuruh asisten ayahnya mengambil kunci cadangan. Soo Hyun mengetuk pintu.
Ia tampak frustasi memanggil ayahnya dan Jae Joon. Jae Joon mendengar namun ia
berusaha mengabaikannya. Jae Joon menatap direktur yang terbujur kaku di
hadapannya.
~Bersambung ke episode 19
di tempat Mbak IU~
Komentar
:
Ternyata dari drama ini,
kita banyak mengambil pelajaran. Banyak pemimpin busuk. Mereka menjanjikan cara
untuk menolong kita tapi ada u di balik b. Namanya juga politik, gada yang
berish, semuanya busuk.
Seperti yang kita tahu,
Jae Joon hanya berharap ada sedikit penyesalan di hati direktur dan permintaan
maaf dari mulut busuknya itu. Tapi sayang sekali, si direktur yang sombong tak
mau meminta maaf. Walau pun neraka yang di pilih Jae Joon atas tindakannya,
seperti ia tidak akan menyesalinya.
Lalu bagaimana dengan
cintanya kepada Soo Hyun????
Masukkan komentar Anda...seru bngat ceritanya.aku suka. Makash anna
BalasHapus